Minggu, 20 Maret 2011

[Fanfiction] Untitled Love (Chapter 2/2)

“Ryu, gerakan tanganmu kurang benar! Bukan... bukan seperti itu... seperti ini!” Arioka Daiki terlihat mencontohkan gerakan dance yang sedari tadi Ryutaro pelajari.

Mata Chinen memandang keseluruhan studio dance itu. Sejak show mereka minggu lalu, semuanya sibuk berlatih. Winter Concert di depan mata, mereka akan memberikan pertunjukan sebaik yang bisa mereka lakukan, mereka tidak ingin mengecewakan orang-orang yang sudah membeli tiket untuk menonton mereka.

“Chinen...” seseorang menepuk Chinen dari belakang.

Sontak Chinen menoleh. Dan, sekejap itu pula, rasa dingin langsung menjalar dari pipi kanannya.

“Yama-chan!” Chinen berteriak kesal. Di sebelahnya, berdiri seorang Yamada Ryosuke yang berusaha menahan tawa, di tangan kanannya terdapat air mineral dingin, objek yang menyebarkan rasa dingin di pipi Chinen tadi.

“Minumlah ini...” Yamada menyerahkan botol air mineral yang sedang dipegangnya tadi.

“Sankyuu, Yama-chan!” Chienen tersenyum seraya mengambil botol air mineral yang disodorkan Yamada.

“Ne, semuanya berlatih keras ya...” Yamada duduk di sebelah Chinen, membuka percakapan.

Chinen mengangguk. “Iya... kadang aku masih tidak percaya kita bisa menjadi seperti ini akhirnya,” Chinen tersenyum lagi.

“Itu karena kita berjuang bersama kan...” Yamada menjawab. Kadang dalam hati pun dia masih tidak percaya kalau Hey!Say!JUMP, bahkan dirinya sendiri, bisa menjadi ‘sebesar’ ini sekarang.

“Chineeen, ayo kita berlatih lagi!” dari jauh, Daiki terlihat memanggil Chinen, di depannya terlihat Ryutaro yang sudah kelelahan dan mengatur nafasnya.

Chinen segera berdiri, meletakan botol air mineral yang isinya baru habis seperempat itu di sebelah Yamada dan berlari menghampiri Daiki.

Yamada mengamati Chinen dengan seksama. Sejak pertama kali ia bertemu remaja bertubuh kecil itu, ia merasakan perasaan aneh dihatinya.

Ketika Yuto mengatakan kalau Chinen adalah saudaranya saat zaman dahulu sambil memeluk si kecil itu di depan kamera, Yamada masih ingat betul, ia mencoba memisahkan pelukan itu, tapi, akhirnya ia sendiri malah terjebak dalam pelukan itu, berhimpit dengan Chinen, sembari mendengarkan Yuto berbicara kalau Yamada pun adalah saudaranya.

Ketika Yokoyama-senpai mencium pipi Chinen berkali-kali saat mereka tampil live bersama dalam suatu acara, sungguh, Yamada ingin sekali menendang Yokoyama-senpai itu jauh-jauh. Ia juga masih ingat betul betapa ia memaksakan senyumnya di depan kamera sembari sesekali melihat Chinen yang memberikan senyum pasrahnya kepada Yokoyama-senpai yang masih menciumi pipinya.

Dan kini, dari jauh ia melihat Daiki sesekali menyentuh tangan Chinen untuk menyesuaikan gerakan. Terlihat mereka berdua tertawa bersama dan kembali menari mengikuti dentuman lagu Your Seed yang memenuhi seluruh ruangan itu.

“Yama-chan? Sedang apa kau?” seseorang menepuknya dari belakang.

“Eh? Keito?” Yamada memandang orang yang menepuknya itu sembari memasang wajah terkejut.

“Sedang istirahat?” tanya Keito lagi.

“Hng...” Yamada mengangguk, lalu mengalihkan pandangannya ke arah Chinen dan Daiki yang sekarang sedang sibuk membantu Ryutaro mempelajari gerakan tarian mereka yang baru itu.

“Chinen ya?” Keito bertanya kembali.

Leher Yamada menengok dengan cepat, memandangi kembali wajah Keito yang sedang tersenyum.

“Maksudmu?” Yamada balik bertanya dengan kebingungan.

“Dia menyukaimu tahu...”

Yamada tidak percaya. 3 kata yang diucapkan Keito tadi seakan menyebabkan bom waktu yang sudah tertidur bertahun-tahun di hatinya meledak begitu saja dan menyebabkan ribuan kembang api meluncur dan membuat garis-garis api indah bertebaran di atas kepalanya... Yeah, mungkin perumpamaan itu sedikit berlebihan.

“Honto-eh, nani?” Yamada berusaha menutupi rasa bahagia aneh yang masih muncul di hatinya.

“And you like him, too...” Keito masih tersenyum lebar.

“Eh? Aku?”

“Benarkah aku suka Chinen? Benarkah? Benarkaaaah?? Siapapun, beritahu aku!!!” inner Yamada berteriak kencang.

“Kau menyukainya tapi tak mau mengakuinya...” Keito berkata dengan santai, masih berdiri di dekat Yamada dan mengambil botol air mineral yang tadi diminum Chinen.
Menyadari apa yang akan diminum Keito, Yamada refleks berteriak, “Eh! Jangan minum yang itu! Ambil yang lain!” dan dengan cepat pula ia menarik botol itu dari tangan Keito dan menyembunyikannya di belakang tubuhnya.

“Nanti kalau dia minum itu, berarti secara tidak langsung ia sudah berciuman dengan Chinen! Noooo!! Yabai!!” inner Yamada berteriak lagi.

Bukannya protes ataupun marah, Keito malah tertawa terbahak-bahak. Yamada memandangi Keito dengan bibir yang dimajukan dan wajah bingung. Terlebih lagi, akibat teriakannya tadi, seluruh manusia selain mereka dalam ruangan itu menoleh seketika ke arah mereka. Termasuk Chinen, si objek sebenarnya yang dibicarakan mereka. Yamada lalu menunduk dengan malu.

“See... you like him! Katakanlah yang sebenarnya secepatnya... jangan buat dia menunggu!” Keito tersenyum lagi dan pergi meninggalkan Yamada yang masih tercengang dan diliputi kebingungan.

“Jadi... aku harus mengatakannya? Tidak perlu takut? Dan secepatnya?” inner Yamada berpikir keras. Tapi pikiran itu dibuyarkan oleh panggilan Yabu yang memanggil seluruh member untuk berlatih bersama.


Yamada berlari ke belakang panggung, peluh terlihat menetes dari dahinya, dengan cepat ia mengganti kostum yang sedang dipakainya dengan kostum lain yang sudah disediakan. Bukan hanya Yamada, semua member Hey! Say! JUMP bergegas mengganti pakaiannya.

“Ayo cepat, sehabis ini MC part!” seorang organizer mengingatkan mereka untuk segera kembali ke panggung.

Yabu dan Hikaru segera berlari ke atas panggung, Yuya mengikuti dibelakang mereka, disusul oleh Inoo dan Daiki yang berlari menyusul mereka. Sebentar kemudian keriuhan suara penonton terdengar keras.

Hey! Say! BEST sudah diatas panggung, bersiap menghibur penonton Winter Concert 16 Januari 2011 itu, Kiriyama-kun yang menjadi guest pada part itupun sudah naik keatas panggung.

Tak lama, teriakan Hikaru memanggil Hey! Say! 7 pun terdengar, Yuto, Keito, Yamada, Chinen, dan Ryutaro segera naik ke atas panggung. Teriakan riuh penonton menyambut mereka sesampainya mereka di atas panggung luas itu.

“7 sudah diatas panggung... jadi, bagaimana kalau kita mulai saja?” Kiriyama Akito melirik a

nggota 7 yang sudah bergabung dengan Best diatas panggung.

“Jadi... pada part ini kita akan bermain game! Permainannya adalah, kalian harus membuat kalimat pertama yang tercetus dalam pikiran kalian dari 1 kata yang akan aku sebutkan! Mengerti?” Kiriyama tersenyum lebar.

Semua member Hey! Say! JUMP mengangguk mengerti. Bersiap-siap dengan kata pertama yang disebutkan Kiriyama.

“Yabai...”

Semuanya membuat kalimat, lalu satu-persatu dari mereka menyebutkan kalimat yang dibuat mereka satu-persatu.

“Yabainetto*...” si member paling muda, Ryutaro, menyebutkan kalimat yang ada di pikirannya dengan polos.

Semua orang tertawa, tak terkecuali Kiriyama yang tak henti-hentinya tertawa. “Kita tidak tahu member yang paling muda ini mempunyai jiwa ero, ne? Hahahaha,”

Dan kemudian permainan berlanjut dengan kata senburi, atsui, yoru, dan yang lainnya. Sampai Kiriyama berkata.

“Dan yang terakhir... aisitheru!”

Penonton berteriak kencang, menantikan apa kalimat yang ada di pikiran semua member. Yabu dan yang lainnya berpikir keras, apa kalimat yang akan mereka buat dengan kata aisitheru, kecuali Yamada yang berada di urutan terakhir.

Pikiran Yamada memutar keras. “Aisitheru? Aisitheru katanya? Apa yang harus aku katakan? Siapa orang yang aku cintai? Aku menc—“

“Yak! Selanjutnya Yamachan!” belum sempat Yamada berpikir, Kiriyama sudah menunjuk dirinya.

Yamada dengan cepat mengatakan hal pertama yang ada di pikirannya.

“Yuri, sekai ichi aisitheruyo**!!!”

Semuanya hening. Semua member Hey! Say! JUMP yang lain terperangah dan tak tahu harus berkata apa.

Menyadari apa yang sudah dikatakannya, Yamada menutup mukanya yang semerah tomat sambil tertawa masam lalu jatuh dan terduduk di lantai.

Dan Chinen, si pemilik nama yang dikatakan Yamada tadi, dengan jantung yang berdentum keras menghampiri Yamada dan duduk disebelahnya, bertanya, “Apakah kau benar-benar menyukaiku, Yamachan?”

Yamada menaikkan wajahnya dan berkata dengan jujur, “Uhm... sangat menyukaimu...”

“Seberapa banyak?”

Yamada menelan ludah, “Lebih dari apapun di dunia ini,”

“Itu tidak cukup, Yamachan...” Chinen tersenyum lebar.

Tanpa berpikir lagi, Yamada bangun dari duduknya, mengambil mikrofon yang dipegang Kiriyama dan berteriak dengan kencang.

“YURI~! SEKAI ICHI AI-SI-THERUYOOO!!!!”

Seluruh penonton dalam stadium berteriak dengan kencang. Yabu dan Inoo tersenyum lebar, Hikaru, Daiki, dan Yuya tertawa sambil mengeleng-gelengkan kepala mereka, Yuto dan Ryutaro tersenyum menahan tawa, sementara Keito, si penasihat Yamada hanya tersenyum kecil tanda mengerti.

“Itulah Yamada Ryosuke yang aku kenal...” Keito berkata dalam hati.

Wajah Yamada memerah lagi, lalu terduduk sambil tertawa atas perbuatannya sendiri. Chinen, wajahnya pun memerah karena malu dan ikut duduk di sebelah Yamada. Pikirannya berkecamuk, bertanya-tanya apakah yang dikatakan Yamada tadi sungguh – sungguh keluar dari dalam hatinya atau Cuma sekedar fanservice belaka?

“Astaga... pipimu sangat merah sekali Yamachan...” Kiriyama mengeleng-gelengkan kepalanya sambil tersenyum menahan tawa.

“Ya-yabai... yabai~***” Yamada berkata dengan wajah yang masih memerah.

“Aku malu sekali...” Chinen menutup wajahnya karena malu.

Yamada melirik Chinen yang menutup wajahnya, “Chii... kau harus yakin kalau yang aku katakan ini memang benar-benar aku rasakan...” Yamada berkata dalam hati.

Beberapa jam kemudian, setelah konser hari itu selesai, semua member JUMP bersiap-siap untuk kembali ke dorm untuk istirahat. Beberapa dari mereka mulai membereskan barang-barang mereka yang mereka tinggalkan di ruang ganti.

Yamada berdiri di depan ruang ganti, semua barang-barangnya sudah ia taruh ke dalam mobil, dari jauh ia melihat Chinen yang masih sibuk membereskan barang-barangnya. Yamada merasa ini sudah saatnya ia mengatakan perasaannya dengan serius kepada Chinen. Dan betapa beruntungnya Yamada, di dalam ruang ganti itu hanya ada Chinen dan Ryutaro, member yang lainnya sepertinya sudah selesai membereskan barang-barang mereka.

Menarik nafas, Yamada mengumpulkan keberaniannya dan masuk kedalam ruang ganti.

“Ngg... Gomen ne Ryutaro, bisakah aku bicara sebentar dengan Chinen?” Yamada menghampiri mereka. Chinen dan Ryutaro memandangi Yamada bingung.

Ryutaro mengangguk sambil tersenyum mengerti, lalu mengambil tasnya dan meninggalkan ruangan itu.

“Ada apa Yama-chan?” Chinen memandang wajah Yamada. Sedikit titik merah menghiasi pipinya ketika ia mengingat ‘pernyataan’ Yamada di konser barusan.

Yamada mengumpulkan keberaniannya lagi dan berkata. “Chinen, pernyataankuyangtadiitubenardanakumengatakannyasungguh-sungguh, akusungguhmenyukaimuChinen!”

Chinen memandangi Yamada dengan pandangan bingung karena kecepatan perkataan Yamada. “Nani, Yama-chan?”

Yamada menelan ludah. “Yuri, aisitheruyo...”

Dunia di sekitar Chinen serasa berhenti berputar. Benarkah barusan Yamada mengatakan kalau dia mencintainya?

“Hontou ni?” jawaban itu meluncur dari bibir Chinen begitu saja.

“Mungkin kata Aisitheru terlalu cepat untuk aku katakan... tapi aku benar-benar menyukaimu...Yuri, daisuki dayo!” Yamada berkata dengan wajah serius dan meraih tangan Chinen yang kini berdiri di depannya.

Chinen tidak menjawab. Hanya memandangi wajah Yamada dengan rasa bingung dan tidak percaya.

“Ore to tsukiate kudasai?****” Yamada bertanya dengan rasa cemas. Kalau Chinen menolak, berakhirlah sudah.
Tanpa disangka, Chinen mengangguk dengan pipi memerah. Mata Yamada melebar dan bibirnya membentuk senyum lebar. Dengan refleks ia menarik Chinen ke pelukannya dan berkali kali berbisik, “Suki suki daisuki, Chinen...”

OWARI

OMAKE

“Mereka berpelukan!” Ryutaro memekik.

Hikaru memukul kepala Ryutaro, membuatnya mengaduh. “Ssst! Bodoh kau! Nanti ketahuan kalau kita sedang mengintip!”

“Kalian berdua yang berisik! Ssst!!” diatas mereka berdua, Yuya menggeram dan melotot ke arah Hikaru dan Ryutaro yang langsung diam.

“Daichan! Geser sedikit!” di seberang mereka, terlihat Daiki dan Yuto sedang melakukan hal yang sama, mengintip.

“Kau itu tinggi Yuto! Harusnya masih bisa melihatnya kan!” Daiki tetap berusaha mempertahankan posisinya.

Dari jauh, Yabu berjalan mendekati pintu masuk dan mengerutkan jidatnya ketika melihat teman-temannya menempel di dinding sebelah pintu dengan kepala menjulur sedikit. Hikaru, Ryutaro dan Yuya di sisi kiri pintu, dan Yuto juga Daiki di sisi kanan.

“Hei, apa yang kali—“

“SSSSSSTT!!!

Hontou ni OWARI

* : Yabainetto : situs (maaf) porno LOL
** :Yuri, sekai ichi aisitheruyo : Yuri, aku mencintaimu lebih dari apapun di dunia ini
*** : Yabai : tidak baik, tidak bagus
****: Ore to tsukiate kudasai? : Maukah kau berkencan denganku?

Author's note : Semua kejadian di fic ini rata-rata adalah kisah nyata loo... Yamada yang sama sekali tidak mencantumkan nama Chinen di wawancara majalah, Yamada yang keliatan cemburu pas Yokoyama Yu nyium pipi Chinen, Yamada yang keliatan cemburu pas Yuto bilang kalau Chinen itu saudaranya sambil dipeluk, daan... di part terakhir, kejadian di Winter Concert 16 Januari itu juga beneran... Yamada emang teriak kalimat itu didepan semua penonton. Mungkin pada udah tau ya? XD

Silahkan read and comment^^!

0 komentar:

Posting Komentar

Minggu, 20 Maret 2011

[Fanfiction] Untitled Love (Chapter 2/2)

Diposting oleh elfujoshi ♥ di 04.52
“Ryu, gerakan tanganmu kurang benar! Bukan... bukan seperti itu... seperti ini!” Arioka Daiki terlihat mencontohkan gerakan dance yang sedari tadi Ryutaro pelajari.

Mata Chinen memandang keseluruhan studio dance itu. Sejak show mereka minggu lalu, semuanya sibuk berlatih. Winter Concert di depan mata, mereka akan memberikan pertunjukan sebaik yang bisa mereka lakukan, mereka tidak ingin mengecewakan orang-orang yang sudah membeli tiket untuk menonton mereka.

“Chinen...” seseorang menepuk Chinen dari belakang.

Sontak Chinen menoleh. Dan, sekejap itu pula, rasa dingin langsung menjalar dari pipi kanannya.

“Yama-chan!” Chinen berteriak kesal. Di sebelahnya, berdiri seorang Yamada Ryosuke yang berusaha menahan tawa, di tangan kanannya terdapat air mineral dingin, objek yang menyebarkan rasa dingin di pipi Chinen tadi.

“Minumlah ini...” Yamada menyerahkan botol air mineral yang sedang dipegangnya tadi.

“Sankyuu, Yama-chan!” Chienen tersenyum seraya mengambil botol air mineral yang disodorkan Yamada.

“Ne, semuanya berlatih keras ya...” Yamada duduk di sebelah Chinen, membuka percakapan.

Chinen mengangguk. “Iya... kadang aku masih tidak percaya kita bisa menjadi seperti ini akhirnya,” Chinen tersenyum lagi.

“Itu karena kita berjuang bersama kan...” Yamada menjawab. Kadang dalam hati pun dia masih tidak percaya kalau Hey!Say!JUMP, bahkan dirinya sendiri, bisa menjadi ‘sebesar’ ini sekarang.

“Chineeen, ayo kita berlatih lagi!” dari jauh, Daiki terlihat memanggil Chinen, di depannya terlihat Ryutaro yang sudah kelelahan dan mengatur nafasnya.

Chinen segera berdiri, meletakan botol air mineral yang isinya baru habis seperempat itu di sebelah Yamada dan berlari menghampiri Daiki.

Yamada mengamati Chinen dengan seksama. Sejak pertama kali ia bertemu remaja bertubuh kecil itu, ia merasakan perasaan aneh dihatinya.

Ketika Yuto mengatakan kalau Chinen adalah saudaranya saat zaman dahulu sambil memeluk si kecil itu di depan kamera, Yamada masih ingat betul, ia mencoba memisahkan pelukan itu, tapi, akhirnya ia sendiri malah terjebak dalam pelukan itu, berhimpit dengan Chinen, sembari mendengarkan Yuto berbicara kalau Yamada pun adalah saudaranya.

Ketika Yokoyama-senpai mencium pipi Chinen berkali-kali saat mereka tampil live bersama dalam suatu acara, sungguh, Yamada ingin sekali menendang Yokoyama-senpai itu jauh-jauh. Ia juga masih ingat betul betapa ia memaksakan senyumnya di depan kamera sembari sesekali melihat Chinen yang memberikan senyum pasrahnya kepada Yokoyama-senpai yang masih menciumi pipinya.

Dan kini, dari jauh ia melihat Daiki sesekali menyentuh tangan Chinen untuk menyesuaikan gerakan. Terlihat mereka berdua tertawa bersama dan kembali menari mengikuti dentuman lagu Your Seed yang memenuhi seluruh ruangan itu.

“Yama-chan? Sedang apa kau?” seseorang menepuknya dari belakang.

“Eh? Keito?” Yamada memandang orang yang menepuknya itu sembari memasang wajah terkejut.

“Sedang istirahat?” tanya Keito lagi.

“Hng...” Yamada mengangguk, lalu mengalihkan pandangannya ke arah Chinen dan Daiki yang sekarang sedang sibuk membantu Ryutaro mempelajari gerakan tarian mereka yang baru itu.

“Chinen ya?” Keito bertanya kembali.

Leher Yamada menengok dengan cepat, memandangi kembali wajah Keito yang sedang tersenyum.

“Maksudmu?” Yamada balik bertanya dengan kebingungan.

“Dia menyukaimu tahu...”

Yamada tidak percaya. 3 kata yang diucapkan Keito tadi seakan menyebabkan bom waktu yang sudah tertidur bertahun-tahun di hatinya meledak begitu saja dan menyebabkan ribuan kembang api meluncur dan membuat garis-garis api indah bertebaran di atas kepalanya... Yeah, mungkin perumpamaan itu sedikit berlebihan.

“Honto-eh, nani?” Yamada berusaha menutupi rasa bahagia aneh yang masih muncul di hatinya.

“And you like him, too...” Keito masih tersenyum lebar.

“Eh? Aku?”

“Benarkah aku suka Chinen? Benarkah? Benarkaaaah?? Siapapun, beritahu aku!!!” inner Yamada berteriak kencang.

“Kau menyukainya tapi tak mau mengakuinya...” Keito berkata dengan santai, masih berdiri di dekat Yamada dan mengambil botol air mineral yang tadi diminum Chinen.
Menyadari apa yang akan diminum Keito, Yamada refleks berteriak, “Eh! Jangan minum yang itu! Ambil yang lain!” dan dengan cepat pula ia menarik botol itu dari tangan Keito dan menyembunyikannya di belakang tubuhnya.

“Nanti kalau dia minum itu, berarti secara tidak langsung ia sudah berciuman dengan Chinen! Noooo!! Yabai!!” inner Yamada berteriak lagi.

Bukannya protes ataupun marah, Keito malah tertawa terbahak-bahak. Yamada memandangi Keito dengan bibir yang dimajukan dan wajah bingung. Terlebih lagi, akibat teriakannya tadi, seluruh manusia selain mereka dalam ruangan itu menoleh seketika ke arah mereka. Termasuk Chinen, si objek sebenarnya yang dibicarakan mereka. Yamada lalu menunduk dengan malu.

“See... you like him! Katakanlah yang sebenarnya secepatnya... jangan buat dia menunggu!” Keito tersenyum lagi dan pergi meninggalkan Yamada yang masih tercengang dan diliputi kebingungan.

“Jadi... aku harus mengatakannya? Tidak perlu takut? Dan secepatnya?” inner Yamada berpikir keras. Tapi pikiran itu dibuyarkan oleh panggilan Yabu yang memanggil seluruh member untuk berlatih bersama.


Yamada berlari ke belakang panggung, peluh terlihat menetes dari dahinya, dengan cepat ia mengganti kostum yang sedang dipakainya dengan kostum lain yang sudah disediakan. Bukan hanya Yamada, semua member Hey! Say! JUMP bergegas mengganti pakaiannya.

“Ayo cepat, sehabis ini MC part!” seorang organizer mengingatkan mereka untuk segera kembali ke panggung.

Yabu dan Hikaru segera berlari ke atas panggung, Yuya mengikuti dibelakang mereka, disusul oleh Inoo dan Daiki yang berlari menyusul mereka. Sebentar kemudian keriuhan suara penonton terdengar keras.

Hey! Say! BEST sudah diatas panggung, bersiap menghibur penonton Winter Concert 16 Januari 2011 itu, Kiriyama-kun yang menjadi guest pada part itupun sudah naik keatas panggung.

Tak lama, teriakan Hikaru memanggil Hey! Say! 7 pun terdengar, Yuto, Keito, Yamada, Chinen, dan Ryutaro segera naik ke atas panggung. Teriakan riuh penonton menyambut mereka sesampainya mereka di atas panggung luas itu.

“7 sudah diatas panggung... jadi, bagaimana kalau kita mulai saja?” Kiriyama Akito melirik a

nggota 7 yang sudah bergabung dengan Best diatas panggung.

“Jadi... pada part ini kita akan bermain game! Permainannya adalah, kalian harus membuat kalimat pertama yang tercetus dalam pikiran kalian dari 1 kata yang akan aku sebutkan! Mengerti?” Kiriyama tersenyum lebar.

Semua member Hey! Say! JUMP mengangguk mengerti. Bersiap-siap dengan kata pertama yang disebutkan Kiriyama.

“Yabai...”

Semuanya membuat kalimat, lalu satu-persatu dari mereka menyebutkan kalimat yang dibuat mereka satu-persatu.

“Yabainetto*...” si member paling muda, Ryutaro, menyebutkan kalimat yang ada di pikirannya dengan polos.

Semua orang tertawa, tak terkecuali Kiriyama yang tak henti-hentinya tertawa. “Kita tidak tahu member yang paling muda ini mempunyai jiwa ero, ne? Hahahaha,”

Dan kemudian permainan berlanjut dengan kata senburi, atsui, yoru, dan yang lainnya. Sampai Kiriyama berkata.

“Dan yang terakhir... aisitheru!”

Penonton berteriak kencang, menantikan apa kalimat yang ada di pikiran semua member. Yabu dan yang lainnya berpikir keras, apa kalimat yang akan mereka buat dengan kata aisitheru, kecuali Yamada yang berada di urutan terakhir.

Pikiran Yamada memutar keras. “Aisitheru? Aisitheru katanya? Apa yang harus aku katakan? Siapa orang yang aku cintai? Aku menc—“

“Yak! Selanjutnya Yamachan!” belum sempat Yamada berpikir, Kiriyama sudah menunjuk dirinya.

Yamada dengan cepat mengatakan hal pertama yang ada di pikirannya.

“Yuri, sekai ichi aisitheruyo**!!!”

Semuanya hening. Semua member Hey! Say! JUMP yang lain terperangah dan tak tahu harus berkata apa.

Menyadari apa yang sudah dikatakannya, Yamada menutup mukanya yang semerah tomat sambil tertawa masam lalu jatuh dan terduduk di lantai.

Dan Chinen, si pemilik nama yang dikatakan Yamada tadi, dengan jantung yang berdentum keras menghampiri Yamada dan duduk disebelahnya, bertanya, “Apakah kau benar-benar menyukaiku, Yamachan?”

Yamada menaikkan wajahnya dan berkata dengan jujur, “Uhm... sangat menyukaimu...”

“Seberapa banyak?”

Yamada menelan ludah, “Lebih dari apapun di dunia ini,”

“Itu tidak cukup, Yamachan...” Chinen tersenyum lebar.

Tanpa berpikir lagi, Yamada bangun dari duduknya, mengambil mikrofon yang dipegang Kiriyama dan berteriak dengan kencang.

“YURI~! SEKAI ICHI AI-SI-THERUYOOO!!!!”

Seluruh penonton dalam stadium berteriak dengan kencang. Yabu dan Inoo tersenyum lebar, Hikaru, Daiki, dan Yuya tertawa sambil mengeleng-gelengkan kepala mereka, Yuto dan Ryutaro tersenyum menahan tawa, sementara Keito, si penasihat Yamada hanya tersenyum kecil tanda mengerti.

“Itulah Yamada Ryosuke yang aku kenal...” Keito berkata dalam hati.

Wajah Yamada memerah lagi, lalu terduduk sambil tertawa atas perbuatannya sendiri. Chinen, wajahnya pun memerah karena malu dan ikut duduk di sebelah Yamada. Pikirannya berkecamuk, bertanya-tanya apakah yang dikatakan Yamada tadi sungguh – sungguh keluar dari dalam hatinya atau Cuma sekedar fanservice belaka?

“Astaga... pipimu sangat merah sekali Yamachan...” Kiriyama mengeleng-gelengkan kepalanya sambil tersenyum menahan tawa.

“Ya-yabai... yabai~***” Yamada berkata dengan wajah yang masih memerah.

“Aku malu sekali...” Chinen menutup wajahnya karena malu.

Yamada melirik Chinen yang menutup wajahnya, “Chii... kau harus yakin kalau yang aku katakan ini memang benar-benar aku rasakan...” Yamada berkata dalam hati.

Beberapa jam kemudian, setelah konser hari itu selesai, semua member JUMP bersiap-siap untuk kembali ke dorm untuk istirahat. Beberapa dari mereka mulai membereskan barang-barang mereka yang mereka tinggalkan di ruang ganti.

Yamada berdiri di depan ruang ganti, semua barang-barangnya sudah ia taruh ke dalam mobil, dari jauh ia melihat Chinen yang masih sibuk membereskan barang-barangnya. Yamada merasa ini sudah saatnya ia mengatakan perasaannya dengan serius kepada Chinen. Dan betapa beruntungnya Yamada, di dalam ruang ganti itu hanya ada Chinen dan Ryutaro, member yang lainnya sepertinya sudah selesai membereskan barang-barang mereka.

Menarik nafas, Yamada mengumpulkan keberaniannya dan masuk kedalam ruang ganti.

“Ngg... Gomen ne Ryutaro, bisakah aku bicara sebentar dengan Chinen?” Yamada menghampiri mereka. Chinen dan Ryutaro memandangi Yamada bingung.

Ryutaro mengangguk sambil tersenyum mengerti, lalu mengambil tasnya dan meninggalkan ruangan itu.

“Ada apa Yama-chan?” Chinen memandang wajah Yamada. Sedikit titik merah menghiasi pipinya ketika ia mengingat ‘pernyataan’ Yamada di konser barusan.

Yamada mengumpulkan keberaniannya lagi dan berkata. “Chinen, pernyataankuyangtadiitubenardanakumengatakannyasungguh-sungguh, akusungguhmenyukaimuChinen!”

Chinen memandangi Yamada dengan pandangan bingung karena kecepatan perkataan Yamada. “Nani, Yama-chan?”

Yamada menelan ludah. “Yuri, aisitheruyo...”

Dunia di sekitar Chinen serasa berhenti berputar. Benarkah barusan Yamada mengatakan kalau dia mencintainya?

“Hontou ni?” jawaban itu meluncur dari bibir Chinen begitu saja.

“Mungkin kata Aisitheru terlalu cepat untuk aku katakan... tapi aku benar-benar menyukaimu...Yuri, daisuki dayo!” Yamada berkata dengan wajah serius dan meraih tangan Chinen yang kini berdiri di depannya.

Chinen tidak menjawab. Hanya memandangi wajah Yamada dengan rasa bingung dan tidak percaya.

“Ore to tsukiate kudasai?****” Yamada bertanya dengan rasa cemas. Kalau Chinen menolak, berakhirlah sudah.
Tanpa disangka, Chinen mengangguk dengan pipi memerah. Mata Yamada melebar dan bibirnya membentuk senyum lebar. Dengan refleks ia menarik Chinen ke pelukannya dan berkali kali berbisik, “Suki suki daisuki, Chinen...”

OWARI

OMAKE

“Mereka berpelukan!” Ryutaro memekik.

Hikaru memukul kepala Ryutaro, membuatnya mengaduh. “Ssst! Bodoh kau! Nanti ketahuan kalau kita sedang mengintip!”

“Kalian berdua yang berisik! Ssst!!” diatas mereka berdua, Yuya menggeram dan melotot ke arah Hikaru dan Ryutaro yang langsung diam.

“Daichan! Geser sedikit!” di seberang mereka, terlihat Daiki dan Yuto sedang melakukan hal yang sama, mengintip.

“Kau itu tinggi Yuto! Harusnya masih bisa melihatnya kan!” Daiki tetap berusaha mempertahankan posisinya.

Dari jauh, Yabu berjalan mendekati pintu masuk dan mengerutkan jidatnya ketika melihat teman-temannya menempel di dinding sebelah pintu dengan kepala menjulur sedikit. Hikaru, Ryutaro dan Yuya di sisi kiri pintu, dan Yuto juga Daiki di sisi kanan.

“Hei, apa yang kali—“

“SSSSSSTT!!!

Hontou ni OWARI

* : Yabainetto : situs (maaf) porno LOL
** :Yuri, sekai ichi aisitheruyo : Yuri, aku mencintaimu lebih dari apapun di dunia ini
*** : Yabai : tidak baik, tidak bagus
****: Ore to tsukiate kudasai? : Maukah kau berkencan denganku?

Author's note : Semua kejadian di fic ini rata-rata adalah kisah nyata loo... Yamada yang sama sekali tidak mencantumkan nama Chinen di wawancara majalah, Yamada yang keliatan cemburu pas Yokoyama Yu nyium pipi Chinen, Yamada yang keliatan cemburu pas Yuto bilang kalau Chinen itu saudaranya sambil dipeluk, daan... di part terakhir, kejadian di Winter Concert 16 Januari itu juga beneran... Yamada emang teriak kalimat itu didepan semua penonton. Mungkin pada udah tau ya? XD

Silahkan read and comment^^!

0 komentar on "[Fanfiction] Untitled Love (Chapter 2/2)"

Posting Komentar