Minggu, 13 Maret 2011

[Fanfiction] Untitled Love (Chapter 1/2)

Title : Untitled Love
Pairing : Yamada Ryosuke x Chinen Yuri
Disclaimer : Anggota Hey! Say! JUMP bukan milik saya, dan bukan milik siapapun (?)
Rating : PG - 14

Chinen Yuri tidak mengerti, mengapa Kami-sama diatas sana menciptakan seorang lelaki bernama Yamada Ryosuke. Lelaki dengan kepribadian yang sangat berbeda dari yang lain. Terkadang dirinya sendiri bertanya-tanya mengapa lelaki yang kerap disapa Ryo-chan atau Yama-chan itu bisa merubah perasaannya sesuka hati.

Seperti hari ini, Keito berusaha mengajari Yama-chan bahasa Inggris lagi. Bahasa yang menduduki juara pertama di hati Chinen untuk urusan hal yang paling dibenci. Chinen Yuri melihat mereka duduk berdua bersama di depan Kotatsu dan memakan banyak makanan ringan sementara Kei dan Hikaru sibuk memainkan game bersama.

“Lalu dia berkata ‘Fire!’ sambil menunjuk ke arah gerombolan burung itu! Dan aku yang melihatnya langsung tertawa terbahak-bahak!” Keito memasang wajah serius di depan Yamada — lalu dengan seketika Yamada Ryosuke langsung tertawa terpingkal-pingkal, merasa lucu karena melihat ekspresi wajah Keito yang sedang menceritakan pengalamannya tinggal di Inggris dahulu. Kedua pipi Yamada yang sedikit gembul membuat wajahnya menyiratkan daya tarik yang sangat luar biasa.

Chinen lalu tersenyum melihat pemandangan itu. Yamada memang mempunyai obsesi khusus terhadap bahasa Inggris, bahkan ia mempunyai keinginan untuk pergi ke negara itu secara lagnsung suatu saat nanti.

“Chii? Sedang apa kau melamun disitu? Mau bergabung bersama kami?”

Chinen terkesiap, lalu memandangi wajah Yamada dan Keito yang terarah ke arah wajahnya saat ini. Bertanya-tanya mengapa seorang Chinen Yuri berdiri melamun tepat di pintu masuk ruang keluarga dan memandangi mereka berdua.

“Tidak~ kau tahu sendiri aku tidak suka bahasa Inggris, Yama-chan!” Chinen Yuri mencari alasan.

“Oh, kau harus mencoba mempelajarinya sesekali, Chii, itu sangat menyenangkan!” Yamada tersenyum.

Chinen hanya mengangguk, tak menjawab ajakan itu. Matanya lalu beralih pada dua sosok yang baru memasuki koridor, Ryutaro dan Yuto.

“Chii? Apakah Yama-chan ada disitu?” Yuto bertanya dari jarak jauh.

Chinen mengangguk. “Yama-chan ada disini,”

Yuto tersenyum, lalu melepas sarung tangan coklat yang sedari tadi melekat di tangannya dan beranjak ke arah ruang keluarga itu.

“Yama-chan?” Yuto memasuki ruangan itu.
“Yuto! Jadi mau mengajariku bermain drum?” Yamada berkata dengan polosnya.

Yuto mengangguk dengan semangat.

“Keito, besok kita lanjutkan lagi ya? Kalau kau mau, kau bisa mengajari Chii!” Yamada menunjuk Chinen yang kini sudah ditemani Ryutaro yang berdiri di sampingnya.

Chinen langsung menggeleng dengan cepat. Yamada yang melihat hal itu langsung tertawa kembali. “Jaa Chii!” Ia melambaikan tangannya ke arah Chinen sebelum berjalan menuju ruang latihan yang berada tak jauh dari ruang keluarga itu.

Chinen hanya terdiam menyaksikan pemandangan itu.

“Chinen-kun? Mau ramen?” Ryutaro di sebelahnya mengangkat kantung plastik kecil ke arah Chinen.

“Boleh... ayo kita makan!” Chinen meraih kantung plastik itu dari tangan Ryutaro, mencoba mengalihkan pikirannya dari Yamada.


2 minggu kemudian, para anggota Hey!Say!7 melakukan pemotretan di sebuah studio foto suatu majalah remaja terkenal. Beberapa diantara mereka diwawancarai untuk dijadikan headline majalah itu.

Yang terpilih adalah Yamada, Yuto, dan Chinen. Di detik-detik pertama, pertanyaan-pertanyaan itu sama sekali tidak mengganggu Chinen sama sekali, hanya membahas soal pembuatan video klip mereka, hobi mereka, dan beberapa hal lainnya. Tapi, si wartawan kemudian menanyakan sesuatu yang menurut Chinen adalah pertanyaan yang mengganggu hidupnya, entah kenapa.

“Seperti apa hubunganmu dengan anggota yang lain? Siapa saja orang yang paling dekat denganmu? Dimulai dari Ryo-kun,” Tomoki-san, si pewawancara, mengarahkan recordernya ke arah Ryosuke yang masih tersenyum.

“Ah, itu agak sulit. Aku dekat dengan semua anggota — “ Yamada tersenyum sesaat, lalu melanjutkan. “ — tapi kalau diibaratkan, mungkin Yuya menjadi kakak yang baik buatku, Ryutaro menjadi adik yang menyenangkan untukku, dan Yuto menjadi sahabat yang baik maupun teman terbaikku sekarang.” Yamada tertawa.

Tidak ada nama Chinen Yuri di kalimat panjang yang disebutkan Yamada tadi. Tidak. Ada. Chinen. Sama. Sekali. Bahkan Ryutaro yang menjadi member termuda pun dianggap adik baginya. Lalu apa arti seorang Chinen bagi Yamada hanya sebagai teman, dan bukan sahabat seperti Yuto?

“Chinen? Sekarang giliranmu,” suara Tomoki-san mengagetkan Chinen.

Kepalanya yang tertunduk kemudian mendongak dan bibirnya membentuk senyum seperti biasa. “Gomen ne~ tadi aku sedikit melamun,”

“Jadi Chinen, Seperti apa hubunganmu dengan anggota yang lain? Siapa saja orang yang paling dekat denganmu?” Tomoki-san mengulang pertanyaannya. Pria berusia 26 tahun itu sepertinya lumayan kesal dengan sikap Chinen tadi.

“Umm... Kei-kun adalah ibu yang baik untukku — “ Chinen tertawa sebentar. “— Ryutaro akan menjadi adikku, sama seperti yang dikatakan Yama-chan. Dan, Dai-chan akan menjadi kakak sekaligus sahabatku.” Chinen tersenyum.

Tak ada nama Yamada disitu. Chinen tidak berekspresi apa-apa ketika Yamada menatapnya setelah ia mengatakan kalau Daiki adalah orang terdekatnya. Tanpa Chinen duga, Yamada tersenyum.

“Kau dekat dengan Daiki-kun?” Tomoki-san bertanya kembali.

Chinen mengangguk. “Ya, kami sangat dekat.”

“Wah, apakah perbedaan usia tidak membuat kalian merasa canggung?” Tomoki-san terus bertanya.

“Tidak, Dai-chan selalu membantuku.” Chinen tersenyum.

Perkataan Tomoki-san selanjutnya tak lagi dipedulikan oleh Chinen. Pandangannya bertemu dengan pandangan Yamada yang langsung tertuju padanya.

Dan saat itu, mereka tak tahu pasti berapa lama mereka bertatapan satu sama lain.

~ ~ ~

Malam itu entah sudah berapa kali Chinen terbangun, tepat di ranjang sebelah Chinen, seorang Ryutaro sedang tidur dengan posisi tidak menyenangkan. Kaki di atas bantal, dan kepalanya menengadah. Posisi itu hanyalah salah satu posisi dari sekian banyak posisi tidur Ryutaro — dan suara berisik saat Ryutaro mengubah posisi tidurnya itu benar-benar mengganggu Chinen.

Dengan perlahan Chinen turun dari ranjangnya, beranjak menuju pintu kamarnya dan pergi keluar. Asrama itu sangat sepi, hanya ada beberapa cahaya lampu di koridor asrama dan dari beberapa kamar yang ditempati member Hey!Say!JUMP. Chinen melangkahkan kakinya menuju ruang keluarga yang letaknya tak jauh dari kamarnya itu. Menyalakan TV, dia duduk di sofa sembari menguap beberapa kali. Acara di TV sungguh sangat tidak menarik, kulit putih Chinen tampak memerah karena udara dingin yang masuk kedalam ruangan itu.

“Chii?”

Chinen menengok, tampak seorang Yamada Ryosuke tempat berdiri di pintu masuk. Rambutnya sedikit acak-acakan, dan ia hanya mengenakan celana pendek selutut dan sehelai baju berwarna putih.

“Yama-chan?”

“Sedang apa Chii?” Yamada Ryosuke memasuki ruang keluarga itu dan duduk di sebelah Chinen.

“Aku tidak bisa tidur...” Chinen tersenyum kecil.

Yamada menguap sebentar, “Sama... padahal lusa kita ada show kan?”

Chinen mengangguk. Suasana hening menelimuti mereka. Hanya ada suara acara interview di TV yang menjadi satu-satunya pemecah keheningan disitu.

“Berarti besok kita tidak pergi ke sekolah lagi ya?” Yamada memecah keheningan.

“Ya, kadang aku pun rindu belajar di sekolah...” Chinen berkata seraya melepaskan hembusan nafasnya, membuat karbon dioksida itu terlihat seperti kepulan asap putih.

“He? Benar juga sih...” Yamada mengangguk setuju.

“Kau benar-benar dekat dengan Yuto-kun, ne?” kalimat itu meluncur begitu saja dari bibir Chinen.

“Umm... ya, begitulah...” tampak kebingungan muncul dalam wajah Yamada.

“Sedekat apa?” bibir Chinen tampak bergetar.

“Kenapa bertanya tentang hal ini, Chii?”

“Tidak, tidak apa-apa...” Chinen tersenyum sendu.

“Kau membuatku bingung Chinen,” Yamada memandangi wajah Chinen dengan seksama.

“Eh, Yama-chan, aku mau kembali ke kamarku saja...” Chinen beranjak dari duduknya, lalu berbalik membelakangi Yamada.

“Chii... gomenasai kalau aku sudah berbuat salah,”

Chinen berhenti, tapi tidak menjawab.

“Gomen ne, hn?” suara kursi berderik menandakan kalau Yamada bangun dari duduknya.

“Tidak apa-apa Ryo-chan, kau tidak salah apa-apa... hehehe...” Chinen tertawa sedikit untuk mencairkan suasana.

“Biarpun kau berkata begitu, aku...”

“Kau benar-benar tidak salah apa-apa, Yamada-kun...” Chinen beranjak untuk berjalan lagi.

Tiba-tiba tarikan di tangan kanannya membuatnya berhenti seketika. Tangan kuat yang menggenggamnya tampak tak mau melepaskan cengkramannya.

“Kau tau Chii? Kau adalah salah satu orang terdekat dalam hidupku... jadi, jangan membuatku bingung seperti ini!” Yamada berkata dengan nada agak keras.

“Daijoubu dayo, Yama-chan... aku tidak apa-apa? OK?” Chinen mengeluarkan senyum lebarnya, membuat pegangan di pergelangan tangannya itu sedikit melemah.

Yamada terpaku menatap Chinen, senyumnya tadi... apakah ia memang benar-benar baik-baik saja? Yamada sungguh tidak mengerti, ada rasa tak rela di hatinya ketika melihat Chinen, si lincah itu, bertingkah aneh seperti ini.

Tapi, malam itu Yamada memilih diam dan membiarkan Chinen pergi meninggalkannya sendirian di ruangan sepi itu.

To Be Continued

1 komentar:

Posting Komentar

Minggu, 13 Maret 2011

[Fanfiction] Untitled Love (Chapter 1/2)

Diposting oleh elfujoshi ♥ di 09.10
Title : Untitled Love
Pairing : Yamada Ryosuke x Chinen Yuri
Disclaimer : Anggota Hey! Say! JUMP bukan milik saya, dan bukan milik siapapun (?)
Rating : PG - 14

Chinen Yuri tidak mengerti, mengapa Kami-sama diatas sana menciptakan seorang lelaki bernama Yamada Ryosuke. Lelaki dengan kepribadian yang sangat berbeda dari yang lain. Terkadang dirinya sendiri bertanya-tanya mengapa lelaki yang kerap disapa Ryo-chan atau Yama-chan itu bisa merubah perasaannya sesuka hati.

Seperti hari ini, Keito berusaha mengajari Yama-chan bahasa Inggris lagi. Bahasa yang menduduki juara pertama di hati Chinen untuk urusan hal yang paling dibenci. Chinen Yuri melihat mereka duduk berdua bersama di depan Kotatsu dan memakan banyak makanan ringan sementara Kei dan Hikaru sibuk memainkan game bersama.

“Lalu dia berkata ‘Fire!’ sambil menunjuk ke arah gerombolan burung itu! Dan aku yang melihatnya langsung tertawa terbahak-bahak!” Keito memasang wajah serius di depan Yamada — lalu dengan seketika Yamada Ryosuke langsung tertawa terpingkal-pingkal, merasa lucu karena melihat ekspresi wajah Keito yang sedang menceritakan pengalamannya tinggal di Inggris dahulu. Kedua pipi Yamada yang sedikit gembul membuat wajahnya menyiratkan daya tarik yang sangat luar biasa.

Chinen lalu tersenyum melihat pemandangan itu. Yamada memang mempunyai obsesi khusus terhadap bahasa Inggris, bahkan ia mempunyai keinginan untuk pergi ke negara itu secara lagnsung suatu saat nanti.

“Chii? Sedang apa kau melamun disitu? Mau bergabung bersama kami?”

Chinen terkesiap, lalu memandangi wajah Yamada dan Keito yang terarah ke arah wajahnya saat ini. Bertanya-tanya mengapa seorang Chinen Yuri berdiri melamun tepat di pintu masuk ruang keluarga dan memandangi mereka berdua.

“Tidak~ kau tahu sendiri aku tidak suka bahasa Inggris, Yama-chan!” Chinen Yuri mencari alasan.

“Oh, kau harus mencoba mempelajarinya sesekali, Chii, itu sangat menyenangkan!” Yamada tersenyum.

Chinen hanya mengangguk, tak menjawab ajakan itu. Matanya lalu beralih pada dua sosok yang baru memasuki koridor, Ryutaro dan Yuto.

“Chii? Apakah Yama-chan ada disitu?” Yuto bertanya dari jarak jauh.

Chinen mengangguk. “Yama-chan ada disini,”

Yuto tersenyum, lalu melepas sarung tangan coklat yang sedari tadi melekat di tangannya dan beranjak ke arah ruang keluarga itu.

“Yama-chan?” Yuto memasuki ruangan itu.
“Yuto! Jadi mau mengajariku bermain drum?” Yamada berkata dengan polosnya.

Yuto mengangguk dengan semangat.

“Keito, besok kita lanjutkan lagi ya? Kalau kau mau, kau bisa mengajari Chii!” Yamada menunjuk Chinen yang kini sudah ditemani Ryutaro yang berdiri di sampingnya.

Chinen langsung menggeleng dengan cepat. Yamada yang melihat hal itu langsung tertawa kembali. “Jaa Chii!” Ia melambaikan tangannya ke arah Chinen sebelum berjalan menuju ruang latihan yang berada tak jauh dari ruang keluarga itu.

Chinen hanya terdiam menyaksikan pemandangan itu.

“Chinen-kun? Mau ramen?” Ryutaro di sebelahnya mengangkat kantung plastik kecil ke arah Chinen.

“Boleh... ayo kita makan!” Chinen meraih kantung plastik itu dari tangan Ryutaro, mencoba mengalihkan pikirannya dari Yamada.


2 minggu kemudian, para anggota Hey!Say!7 melakukan pemotretan di sebuah studio foto suatu majalah remaja terkenal. Beberapa diantara mereka diwawancarai untuk dijadikan headline majalah itu.

Yang terpilih adalah Yamada, Yuto, dan Chinen. Di detik-detik pertama, pertanyaan-pertanyaan itu sama sekali tidak mengganggu Chinen sama sekali, hanya membahas soal pembuatan video klip mereka, hobi mereka, dan beberapa hal lainnya. Tapi, si wartawan kemudian menanyakan sesuatu yang menurut Chinen adalah pertanyaan yang mengganggu hidupnya, entah kenapa.

“Seperti apa hubunganmu dengan anggota yang lain? Siapa saja orang yang paling dekat denganmu? Dimulai dari Ryo-kun,” Tomoki-san, si pewawancara, mengarahkan recordernya ke arah Ryosuke yang masih tersenyum.

“Ah, itu agak sulit. Aku dekat dengan semua anggota — “ Yamada tersenyum sesaat, lalu melanjutkan. “ — tapi kalau diibaratkan, mungkin Yuya menjadi kakak yang baik buatku, Ryutaro menjadi adik yang menyenangkan untukku, dan Yuto menjadi sahabat yang baik maupun teman terbaikku sekarang.” Yamada tertawa.

Tidak ada nama Chinen Yuri di kalimat panjang yang disebutkan Yamada tadi. Tidak. Ada. Chinen. Sama. Sekali. Bahkan Ryutaro yang menjadi member termuda pun dianggap adik baginya. Lalu apa arti seorang Chinen bagi Yamada hanya sebagai teman, dan bukan sahabat seperti Yuto?

“Chinen? Sekarang giliranmu,” suara Tomoki-san mengagetkan Chinen.

Kepalanya yang tertunduk kemudian mendongak dan bibirnya membentuk senyum seperti biasa. “Gomen ne~ tadi aku sedikit melamun,”

“Jadi Chinen, Seperti apa hubunganmu dengan anggota yang lain? Siapa saja orang yang paling dekat denganmu?” Tomoki-san mengulang pertanyaannya. Pria berusia 26 tahun itu sepertinya lumayan kesal dengan sikap Chinen tadi.

“Umm... Kei-kun adalah ibu yang baik untukku — “ Chinen tertawa sebentar. “— Ryutaro akan menjadi adikku, sama seperti yang dikatakan Yama-chan. Dan, Dai-chan akan menjadi kakak sekaligus sahabatku.” Chinen tersenyum.

Tak ada nama Yamada disitu. Chinen tidak berekspresi apa-apa ketika Yamada menatapnya setelah ia mengatakan kalau Daiki adalah orang terdekatnya. Tanpa Chinen duga, Yamada tersenyum.

“Kau dekat dengan Daiki-kun?” Tomoki-san bertanya kembali.

Chinen mengangguk. “Ya, kami sangat dekat.”

“Wah, apakah perbedaan usia tidak membuat kalian merasa canggung?” Tomoki-san terus bertanya.

“Tidak, Dai-chan selalu membantuku.” Chinen tersenyum.

Perkataan Tomoki-san selanjutnya tak lagi dipedulikan oleh Chinen. Pandangannya bertemu dengan pandangan Yamada yang langsung tertuju padanya.

Dan saat itu, mereka tak tahu pasti berapa lama mereka bertatapan satu sama lain.

~ ~ ~

Malam itu entah sudah berapa kali Chinen terbangun, tepat di ranjang sebelah Chinen, seorang Ryutaro sedang tidur dengan posisi tidak menyenangkan. Kaki di atas bantal, dan kepalanya menengadah. Posisi itu hanyalah salah satu posisi dari sekian banyak posisi tidur Ryutaro — dan suara berisik saat Ryutaro mengubah posisi tidurnya itu benar-benar mengganggu Chinen.

Dengan perlahan Chinen turun dari ranjangnya, beranjak menuju pintu kamarnya dan pergi keluar. Asrama itu sangat sepi, hanya ada beberapa cahaya lampu di koridor asrama dan dari beberapa kamar yang ditempati member Hey!Say!JUMP. Chinen melangkahkan kakinya menuju ruang keluarga yang letaknya tak jauh dari kamarnya itu. Menyalakan TV, dia duduk di sofa sembari menguap beberapa kali. Acara di TV sungguh sangat tidak menarik, kulit putih Chinen tampak memerah karena udara dingin yang masuk kedalam ruangan itu.

“Chii?”

Chinen menengok, tampak seorang Yamada Ryosuke tempat berdiri di pintu masuk. Rambutnya sedikit acak-acakan, dan ia hanya mengenakan celana pendek selutut dan sehelai baju berwarna putih.

“Yama-chan?”

“Sedang apa Chii?” Yamada Ryosuke memasuki ruang keluarga itu dan duduk di sebelah Chinen.

“Aku tidak bisa tidur...” Chinen tersenyum kecil.

Yamada menguap sebentar, “Sama... padahal lusa kita ada show kan?”

Chinen mengangguk. Suasana hening menelimuti mereka. Hanya ada suara acara interview di TV yang menjadi satu-satunya pemecah keheningan disitu.

“Berarti besok kita tidak pergi ke sekolah lagi ya?” Yamada memecah keheningan.

“Ya, kadang aku pun rindu belajar di sekolah...” Chinen berkata seraya melepaskan hembusan nafasnya, membuat karbon dioksida itu terlihat seperti kepulan asap putih.

“He? Benar juga sih...” Yamada mengangguk setuju.

“Kau benar-benar dekat dengan Yuto-kun, ne?” kalimat itu meluncur begitu saja dari bibir Chinen.

“Umm... ya, begitulah...” tampak kebingungan muncul dalam wajah Yamada.

“Sedekat apa?” bibir Chinen tampak bergetar.

“Kenapa bertanya tentang hal ini, Chii?”

“Tidak, tidak apa-apa...” Chinen tersenyum sendu.

“Kau membuatku bingung Chinen,” Yamada memandangi wajah Chinen dengan seksama.

“Eh, Yama-chan, aku mau kembali ke kamarku saja...” Chinen beranjak dari duduknya, lalu berbalik membelakangi Yamada.

“Chii... gomenasai kalau aku sudah berbuat salah,”

Chinen berhenti, tapi tidak menjawab.

“Gomen ne, hn?” suara kursi berderik menandakan kalau Yamada bangun dari duduknya.

“Tidak apa-apa Ryo-chan, kau tidak salah apa-apa... hehehe...” Chinen tertawa sedikit untuk mencairkan suasana.

“Biarpun kau berkata begitu, aku...”

“Kau benar-benar tidak salah apa-apa, Yamada-kun...” Chinen beranjak untuk berjalan lagi.

Tiba-tiba tarikan di tangan kanannya membuatnya berhenti seketika. Tangan kuat yang menggenggamnya tampak tak mau melepaskan cengkramannya.

“Kau tau Chii? Kau adalah salah satu orang terdekat dalam hidupku... jadi, jangan membuatku bingung seperti ini!” Yamada berkata dengan nada agak keras.

“Daijoubu dayo, Yama-chan... aku tidak apa-apa? OK?” Chinen mengeluarkan senyum lebarnya, membuat pegangan di pergelangan tangannya itu sedikit melemah.

Yamada terpaku menatap Chinen, senyumnya tadi... apakah ia memang benar-benar baik-baik saja? Yamada sungguh tidak mengerti, ada rasa tak rela di hatinya ketika melihat Chinen, si lincah itu, bertingkah aneh seperti ini.

Tapi, malam itu Yamada memilih diam dan membiarkan Chinen pergi meninggalkannya sendirian di ruangan sepi itu.

To Be Continued

1 komentar on "[Fanfiction] Untitled Love (Chapter 1/2)"

Baiq Kartika Syaftiana on 15 Maret 2011 pukul 02.04 mengatakan...

Part 2 nya manaaa?

Posting Komentar