Minggu, 20 Maret 2011

[Fanfiction] Untitled Love (Chapter 2/2)

“Ryu, gerakan tanganmu kurang benar! Bukan... bukan seperti itu... seperti ini!” Arioka Daiki terlihat mencontohkan gerakan dance yang sedari tadi Ryutaro pelajari.

Mata Chinen memandang keseluruhan studio dance itu. Sejak show mereka minggu lalu, semuanya sibuk berlatih. Winter Concert di depan mata, mereka akan memberikan pertunjukan sebaik yang bisa mereka lakukan, mereka tidak ingin mengecewakan orang-orang yang sudah membeli tiket untuk menonton mereka.

“Chinen...” seseorang menepuk Chinen dari belakang.

Sontak Chinen menoleh. Dan, sekejap itu pula, rasa dingin langsung menjalar dari pipi kanannya.

“Yama-chan!” Chinen berteriak kesal. Di sebelahnya, berdiri seorang Yamada Ryosuke yang berusaha menahan tawa, di tangan kanannya terdapat air mineral dingin, objek yang menyebarkan rasa dingin di pipi Chinen tadi.

“Minumlah ini...” Yamada menyerahkan botol air mineral yang sedang dipegangnya tadi.

“Sankyuu, Yama-chan!” Chienen tersenyum seraya mengambil botol air mineral yang disodorkan Yamada.

“Ne, semuanya berlatih keras ya...” Yamada duduk di sebelah Chinen, membuka percakapan.

Chinen mengangguk. “Iya... kadang aku masih tidak percaya kita bisa menjadi seperti ini akhirnya,” Chinen tersenyum lagi.

“Itu karena kita berjuang bersama kan...” Yamada menjawab. Kadang dalam hati pun dia masih tidak percaya kalau Hey!Say!JUMP, bahkan dirinya sendiri, bisa menjadi ‘sebesar’ ini sekarang.

“Chineeen, ayo kita berlatih lagi!” dari jauh, Daiki terlihat memanggil Chinen, di depannya terlihat Ryutaro yang sudah kelelahan dan mengatur nafasnya.

Chinen segera berdiri, meletakan botol air mineral yang isinya baru habis seperempat itu di sebelah Yamada dan berlari menghampiri Daiki.

Yamada mengamati Chinen dengan seksama. Sejak pertama kali ia bertemu remaja bertubuh kecil itu, ia merasakan perasaan aneh dihatinya.

Ketika Yuto mengatakan kalau Chinen adalah saudaranya saat zaman dahulu sambil memeluk si kecil itu di depan kamera, Yamada masih ingat betul, ia mencoba memisahkan pelukan itu, tapi, akhirnya ia sendiri malah terjebak dalam pelukan itu, berhimpit dengan Chinen, sembari mendengarkan Yuto berbicara kalau Yamada pun adalah saudaranya.

Ketika Yokoyama-senpai mencium pipi Chinen berkali-kali saat mereka tampil live bersama dalam suatu acara, sungguh, Yamada ingin sekali menendang Yokoyama-senpai itu jauh-jauh. Ia juga masih ingat betul betapa ia memaksakan senyumnya di depan kamera sembari sesekali melihat Chinen yang memberikan senyum pasrahnya kepada Yokoyama-senpai yang masih menciumi pipinya.

Dan kini, dari jauh ia melihat Daiki sesekali menyentuh tangan Chinen untuk menyesuaikan gerakan. Terlihat mereka berdua tertawa bersama dan kembali menari mengikuti dentuman lagu Your Seed yang memenuhi seluruh ruangan itu.

“Yama-chan? Sedang apa kau?” seseorang menepuknya dari belakang.

“Eh? Keito?” Yamada memandang orang yang menepuknya itu sembari memasang wajah terkejut.

“Sedang istirahat?” tanya Keito lagi.

“Hng...” Yamada mengangguk, lalu mengalihkan pandangannya ke arah Chinen dan Daiki yang sekarang sedang sibuk membantu Ryutaro mempelajari gerakan tarian mereka yang baru itu.

“Chinen ya?” Keito bertanya kembali.

Leher Yamada menengok dengan cepat, memandangi kembali wajah Keito yang sedang tersenyum.

“Maksudmu?” Yamada balik bertanya dengan kebingungan.

“Dia menyukaimu tahu...”

Yamada tidak percaya. 3 kata yang diucapkan Keito tadi seakan menyebabkan bom waktu yang sudah tertidur bertahun-tahun di hatinya meledak begitu saja dan menyebabkan ribuan kembang api meluncur dan membuat garis-garis api indah bertebaran di atas kepalanya... Yeah, mungkin perumpamaan itu sedikit berlebihan.

“Honto-eh, nani?” Yamada berusaha menutupi rasa bahagia aneh yang masih muncul di hatinya.

“And you like him, too...” Keito masih tersenyum lebar.

“Eh? Aku?”

“Benarkah aku suka Chinen? Benarkah? Benarkaaaah?? Siapapun, beritahu aku!!!” inner Yamada berteriak kencang.

“Kau menyukainya tapi tak mau mengakuinya...” Keito berkata dengan santai, masih berdiri di dekat Yamada dan mengambil botol air mineral yang tadi diminum Chinen.
Menyadari apa yang akan diminum Keito, Yamada refleks berteriak, “Eh! Jangan minum yang itu! Ambil yang lain!” dan dengan cepat pula ia menarik botol itu dari tangan Keito dan menyembunyikannya di belakang tubuhnya.

“Nanti kalau dia minum itu, berarti secara tidak langsung ia sudah berciuman dengan Chinen! Noooo!! Yabai!!” inner Yamada berteriak lagi.

Bukannya protes ataupun marah, Keito malah tertawa terbahak-bahak. Yamada memandangi Keito dengan bibir yang dimajukan dan wajah bingung. Terlebih lagi, akibat teriakannya tadi, seluruh manusia selain mereka dalam ruangan itu menoleh seketika ke arah mereka. Termasuk Chinen, si objek sebenarnya yang dibicarakan mereka. Yamada lalu menunduk dengan malu.

“See... you like him! Katakanlah yang sebenarnya secepatnya... jangan buat dia menunggu!” Keito tersenyum lagi dan pergi meninggalkan Yamada yang masih tercengang dan diliputi kebingungan.

“Jadi... aku harus mengatakannya? Tidak perlu takut? Dan secepatnya?” inner Yamada berpikir keras. Tapi pikiran itu dibuyarkan oleh panggilan Yabu yang memanggil seluruh member untuk berlatih bersama.


Yamada berlari ke belakang panggung, peluh terlihat menetes dari dahinya, dengan cepat ia mengganti kostum yang sedang dipakainya dengan kostum lain yang sudah disediakan. Bukan hanya Yamada, semua member Hey! Say! JUMP bergegas mengganti pakaiannya.

“Ayo cepat, sehabis ini MC part!” seorang organizer mengingatkan mereka untuk segera kembali ke panggung.

Yabu dan Hikaru segera berlari ke atas panggung, Yuya mengikuti dibelakang mereka, disusul oleh Inoo dan Daiki yang berlari menyusul mereka. Sebentar kemudian keriuhan suara penonton terdengar keras.

Hey! Say! BEST sudah diatas panggung, bersiap menghibur penonton Winter Concert 16 Januari 2011 itu, Kiriyama-kun yang menjadi guest pada part itupun sudah naik keatas panggung.

Tak lama, teriakan Hikaru memanggil Hey! Say! 7 pun terdengar, Yuto, Keito, Yamada, Chinen, dan Ryutaro segera naik ke atas panggung. Teriakan riuh penonton menyambut mereka sesampainya mereka di atas panggung luas itu.

“7 sudah diatas panggung... jadi, bagaimana kalau kita mulai saja?” Kiriyama Akito melirik a

nggota 7 yang sudah bergabung dengan Best diatas panggung.

“Jadi... pada part ini kita akan bermain game! Permainannya adalah, kalian harus membuat kalimat pertama yang tercetus dalam pikiran kalian dari 1 kata yang akan aku sebutkan! Mengerti?” Kiriyama tersenyum lebar.

Semua member Hey! Say! JUMP mengangguk mengerti. Bersiap-siap dengan kata pertama yang disebutkan Kiriyama.

“Yabai...”

Semuanya membuat kalimat, lalu satu-persatu dari mereka menyebutkan kalimat yang dibuat mereka satu-persatu.

“Yabainetto*...” si member paling muda, Ryutaro, menyebutkan kalimat yang ada di pikirannya dengan polos.

Semua orang tertawa, tak terkecuali Kiriyama yang tak henti-hentinya tertawa. “Kita tidak tahu member yang paling muda ini mempunyai jiwa ero, ne? Hahahaha,”

Dan kemudian permainan berlanjut dengan kata senburi, atsui, yoru, dan yang lainnya. Sampai Kiriyama berkata.

“Dan yang terakhir... aisitheru!”

Penonton berteriak kencang, menantikan apa kalimat yang ada di pikiran semua member. Yabu dan yang lainnya berpikir keras, apa kalimat yang akan mereka buat dengan kata aisitheru, kecuali Yamada yang berada di urutan terakhir.

Pikiran Yamada memutar keras. “Aisitheru? Aisitheru katanya? Apa yang harus aku katakan? Siapa orang yang aku cintai? Aku menc—“

“Yak! Selanjutnya Yamachan!” belum sempat Yamada berpikir, Kiriyama sudah menunjuk dirinya.

Yamada dengan cepat mengatakan hal pertama yang ada di pikirannya.

“Yuri, sekai ichi aisitheruyo**!!!”

Semuanya hening. Semua member Hey! Say! JUMP yang lain terperangah dan tak tahu harus berkata apa.

Menyadari apa yang sudah dikatakannya, Yamada menutup mukanya yang semerah tomat sambil tertawa masam lalu jatuh dan terduduk di lantai.

Dan Chinen, si pemilik nama yang dikatakan Yamada tadi, dengan jantung yang berdentum keras menghampiri Yamada dan duduk disebelahnya, bertanya, “Apakah kau benar-benar menyukaiku, Yamachan?”

Yamada menaikkan wajahnya dan berkata dengan jujur, “Uhm... sangat menyukaimu...”

“Seberapa banyak?”

Yamada menelan ludah, “Lebih dari apapun di dunia ini,”

“Itu tidak cukup, Yamachan...” Chinen tersenyum lebar.

Tanpa berpikir lagi, Yamada bangun dari duduknya, mengambil mikrofon yang dipegang Kiriyama dan berteriak dengan kencang.

“YURI~! SEKAI ICHI AI-SI-THERUYOOO!!!!”

Seluruh penonton dalam stadium berteriak dengan kencang. Yabu dan Inoo tersenyum lebar, Hikaru, Daiki, dan Yuya tertawa sambil mengeleng-gelengkan kepala mereka, Yuto dan Ryutaro tersenyum menahan tawa, sementara Keito, si penasihat Yamada hanya tersenyum kecil tanda mengerti.

“Itulah Yamada Ryosuke yang aku kenal...” Keito berkata dalam hati.

Wajah Yamada memerah lagi, lalu terduduk sambil tertawa atas perbuatannya sendiri. Chinen, wajahnya pun memerah karena malu dan ikut duduk di sebelah Yamada. Pikirannya berkecamuk, bertanya-tanya apakah yang dikatakan Yamada tadi sungguh – sungguh keluar dari dalam hatinya atau Cuma sekedar fanservice belaka?

“Astaga... pipimu sangat merah sekali Yamachan...” Kiriyama mengeleng-gelengkan kepalanya sambil tersenyum menahan tawa.

“Ya-yabai... yabai~***” Yamada berkata dengan wajah yang masih memerah.

“Aku malu sekali...” Chinen menutup wajahnya karena malu.

Yamada melirik Chinen yang menutup wajahnya, “Chii... kau harus yakin kalau yang aku katakan ini memang benar-benar aku rasakan...” Yamada berkata dalam hati.

Beberapa jam kemudian, setelah konser hari itu selesai, semua member JUMP bersiap-siap untuk kembali ke dorm untuk istirahat. Beberapa dari mereka mulai membereskan barang-barang mereka yang mereka tinggalkan di ruang ganti.

Yamada berdiri di depan ruang ganti, semua barang-barangnya sudah ia taruh ke dalam mobil, dari jauh ia melihat Chinen yang masih sibuk membereskan barang-barangnya. Yamada merasa ini sudah saatnya ia mengatakan perasaannya dengan serius kepada Chinen. Dan betapa beruntungnya Yamada, di dalam ruang ganti itu hanya ada Chinen dan Ryutaro, member yang lainnya sepertinya sudah selesai membereskan barang-barang mereka.

Menarik nafas, Yamada mengumpulkan keberaniannya dan masuk kedalam ruang ganti.

“Ngg... Gomen ne Ryutaro, bisakah aku bicara sebentar dengan Chinen?” Yamada menghampiri mereka. Chinen dan Ryutaro memandangi Yamada bingung.

Ryutaro mengangguk sambil tersenyum mengerti, lalu mengambil tasnya dan meninggalkan ruangan itu.

“Ada apa Yama-chan?” Chinen memandang wajah Yamada. Sedikit titik merah menghiasi pipinya ketika ia mengingat ‘pernyataan’ Yamada di konser barusan.

Yamada mengumpulkan keberaniannya lagi dan berkata. “Chinen, pernyataankuyangtadiitubenardanakumengatakannyasungguh-sungguh, akusungguhmenyukaimuChinen!”

Chinen memandangi Yamada dengan pandangan bingung karena kecepatan perkataan Yamada. “Nani, Yama-chan?”

Yamada menelan ludah. “Yuri, aisitheruyo...”

Dunia di sekitar Chinen serasa berhenti berputar. Benarkah barusan Yamada mengatakan kalau dia mencintainya?

“Hontou ni?” jawaban itu meluncur dari bibir Chinen begitu saja.

“Mungkin kata Aisitheru terlalu cepat untuk aku katakan... tapi aku benar-benar menyukaimu...Yuri, daisuki dayo!” Yamada berkata dengan wajah serius dan meraih tangan Chinen yang kini berdiri di depannya.

Chinen tidak menjawab. Hanya memandangi wajah Yamada dengan rasa bingung dan tidak percaya.

“Ore to tsukiate kudasai?****” Yamada bertanya dengan rasa cemas. Kalau Chinen menolak, berakhirlah sudah.
Tanpa disangka, Chinen mengangguk dengan pipi memerah. Mata Yamada melebar dan bibirnya membentuk senyum lebar. Dengan refleks ia menarik Chinen ke pelukannya dan berkali kali berbisik, “Suki suki daisuki, Chinen...”

OWARI

OMAKE

“Mereka berpelukan!” Ryutaro memekik.

Hikaru memukul kepala Ryutaro, membuatnya mengaduh. “Ssst! Bodoh kau! Nanti ketahuan kalau kita sedang mengintip!”

“Kalian berdua yang berisik! Ssst!!” diatas mereka berdua, Yuya menggeram dan melotot ke arah Hikaru dan Ryutaro yang langsung diam.

“Daichan! Geser sedikit!” di seberang mereka, terlihat Daiki dan Yuto sedang melakukan hal yang sama, mengintip.

“Kau itu tinggi Yuto! Harusnya masih bisa melihatnya kan!” Daiki tetap berusaha mempertahankan posisinya.

Dari jauh, Yabu berjalan mendekati pintu masuk dan mengerutkan jidatnya ketika melihat teman-temannya menempel di dinding sebelah pintu dengan kepala menjulur sedikit. Hikaru, Ryutaro dan Yuya di sisi kiri pintu, dan Yuto juga Daiki di sisi kanan.

“Hei, apa yang kali—“

“SSSSSSTT!!!

Hontou ni OWARI

* : Yabainetto : situs (maaf) porno LOL
** :Yuri, sekai ichi aisitheruyo : Yuri, aku mencintaimu lebih dari apapun di dunia ini
*** : Yabai : tidak baik, tidak bagus
****: Ore to tsukiate kudasai? : Maukah kau berkencan denganku?

Author's note : Semua kejadian di fic ini rata-rata adalah kisah nyata loo... Yamada yang sama sekali tidak mencantumkan nama Chinen di wawancara majalah, Yamada yang keliatan cemburu pas Yokoyama Yu nyium pipi Chinen, Yamada yang keliatan cemburu pas Yuto bilang kalau Chinen itu saudaranya sambil dipeluk, daan... di part terakhir, kejadian di Winter Concert 16 Januari itu juga beneran... Yamada emang teriak kalimat itu didepan semua penonton. Mungkin pada udah tau ya? XD

Silahkan read and comment^^!

Senin, 14 Maret 2011

Be strong Japan... keep strong, JUMP




Tepat tanggal 11 Maret lalu, ketika saya mendengar Jepang dilanda gempa yang mengakibatkan tsunami, hal pertama yang saya lakukan adalah memindahkan channel televisi yang sedang menyala di ruang keluarga saya ke salah satu channel berita swasta, dan benarlah, di channel itu, gambaran tsunami yang menerjang Jepang terlihat jelas. Waktu itu, saya tak ingat jelas apa yang saya rasakan, semuanya serasa impossible bagi saya.

That country, that country that I’m adore so much, terkena bencana besar... memang, Jepang bukan negara kelahiran saya, saya pun belum pernah ke negara besar itu. Tapi, kultur negara itu sendiri sudah menjadi ‘teman’ hidup saya. Anime, manga, J-Pop, dan idola saya Hey! Say! JUMP pun berasal dari sana.

Setelah berita gempa dan tsunami itu, tersebar pula berbagai berita mengenai keadaan selebriti-selebriti J-pop pasca musibah itu. Bagaimana keadaan Koda Kumi? Bagaimana keadaan Ayumi Hamasaki? Bagaimana keadaan YUI? Setiap fans menanyakan dan mencari informasi keadaan dan keberadaan idolanya masing-masing. Berita yang mereka (termasuk saya) pun bermacam-macam. Dari mulai hoax, Chinen Yuri hilang, Takaki Yuya hilang, Koda Kumi meninggal, Masashi Kishimoto hilang dan masih banyak lagi. Lalu yang sudah bisa dibuktikan kebenarannya, Arioka Daiki dan Nakajima Yuto masuk RS untuk pemulihan luka ringan, Chinen Yuri dan Takaki Yuya yang dikabarkan hilang ternyata selamat, Yamada Ryosuke (T.T) terkena luka ringan, dan sebagainya. Tapi, sampai kini, masih ada pula kebenaran berita yang masih simpang siur kebenarannya. Kakak Yamada Ryosuke hilang dan kini Yamada sendiri sedang depresi, Yamada yang terluka karena berlari untuk mengecek kondisi keluarganya.

OK, mungkin berita Yamada yang terluka karena mengecek kondisi keluarganya itu bukan berita yang menyedihkan bagi saya, malah, sosok Yamada yang rela berkorban itu menjadi kebanggaan sendiri untuk saya sebagai fansnya. Tapi, berita kakak Yamda hilang dan kini Yamada sendiri sedang depresi menjadi berita yang sangat membuat perasaan saya campur aduk. Sedih, cemas, semuanya bercampur jadi satu. Sampai sekarang, kebenaran berita itu belum mencapai 100%, saya benar-benar berharap Yamada dan member JUMP lainnya baik-baik saja di Jepang sana. Amin.

Minggu, 13 Maret 2011

[Fanfiction] Untitled Love (Chapter 1/2)

Title : Untitled Love
Pairing : Yamada Ryosuke x Chinen Yuri
Disclaimer : Anggota Hey! Say! JUMP bukan milik saya, dan bukan milik siapapun (?)
Rating : PG - 14

Chinen Yuri tidak mengerti, mengapa Kami-sama diatas sana menciptakan seorang lelaki bernama Yamada Ryosuke. Lelaki dengan kepribadian yang sangat berbeda dari yang lain. Terkadang dirinya sendiri bertanya-tanya mengapa lelaki yang kerap disapa Ryo-chan atau Yama-chan itu bisa merubah perasaannya sesuka hati.

Seperti hari ini, Keito berusaha mengajari Yama-chan bahasa Inggris lagi. Bahasa yang menduduki juara pertama di hati Chinen untuk urusan hal yang paling dibenci. Chinen Yuri melihat mereka duduk berdua bersama di depan Kotatsu dan memakan banyak makanan ringan sementara Kei dan Hikaru sibuk memainkan game bersama.

“Lalu dia berkata ‘Fire!’ sambil menunjuk ke arah gerombolan burung itu! Dan aku yang melihatnya langsung tertawa terbahak-bahak!” Keito memasang wajah serius di depan Yamada — lalu dengan seketika Yamada Ryosuke langsung tertawa terpingkal-pingkal, merasa lucu karena melihat ekspresi wajah Keito yang sedang menceritakan pengalamannya tinggal di Inggris dahulu. Kedua pipi Yamada yang sedikit gembul membuat wajahnya menyiratkan daya tarik yang sangat luar biasa.

Chinen lalu tersenyum melihat pemandangan itu. Yamada memang mempunyai obsesi khusus terhadap bahasa Inggris, bahkan ia mempunyai keinginan untuk pergi ke negara itu secara lagnsung suatu saat nanti.

“Chii? Sedang apa kau melamun disitu? Mau bergabung bersama kami?”

Chinen terkesiap, lalu memandangi wajah Yamada dan Keito yang terarah ke arah wajahnya saat ini. Bertanya-tanya mengapa seorang Chinen Yuri berdiri melamun tepat di pintu masuk ruang keluarga dan memandangi mereka berdua.

“Tidak~ kau tahu sendiri aku tidak suka bahasa Inggris, Yama-chan!” Chinen Yuri mencari alasan.

“Oh, kau harus mencoba mempelajarinya sesekali, Chii, itu sangat menyenangkan!” Yamada tersenyum.

Chinen hanya mengangguk, tak menjawab ajakan itu. Matanya lalu beralih pada dua sosok yang baru memasuki koridor, Ryutaro dan Yuto.

“Chii? Apakah Yama-chan ada disitu?” Yuto bertanya dari jarak jauh.

Chinen mengangguk. “Yama-chan ada disini,”

Yuto tersenyum, lalu melepas sarung tangan coklat yang sedari tadi melekat di tangannya dan beranjak ke arah ruang keluarga itu.

“Yama-chan?” Yuto memasuki ruangan itu.
“Yuto! Jadi mau mengajariku bermain drum?” Yamada berkata dengan polosnya.

Yuto mengangguk dengan semangat.

“Keito, besok kita lanjutkan lagi ya? Kalau kau mau, kau bisa mengajari Chii!” Yamada menunjuk Chinen yang kini sudah ditemani Ryutaro yang berdiri di sampingnya.

Chinen langsung menggeleng dengan cepat. Yamada yang melihat hal itu langsung tertawa kembali. “Jaa Chii!” Ia melambaikan tangannya ke arah Chinen sebelum berjalan menuju ruang latihan yang berada tak jauh dari ruang keluarga itu.

Chinen hanya terdiam menyaksikan pemandangan itu.

“Chinen-kun? Mau ramen?” Ryutaro di sebelahnya mengangkat kantung plastik kecil ke arah Chinen.

“Boleh... ayo kita makan!” Chinen meraih kantung plastik itu dari tangan Ryutaro, mencoba mengalihkan pikirannya dari Yamada.


2 minggu kemudian, para anggota Hey!Say!7 melakukan pemotretan di sebuah studio foto suatu majalah remaja terkenal. Beberapa diantara mereka diwawancarai untuk dijadikan headline majalah itu.

Yang terpilih adalah Yamada, Yuto, dan Chinen. Di detik-detik pertama, pertanyaan-pertanyaan itu sama sekali tidak mengganggu Chinen sama sekali, hanya membahas soal pembuatan video klip mereka, hobi mereka, dan beberapa hal lainnya. Tapi, si wartawan kemudian menanyakan sesuatu yang menurut Chinen adalah pertanyaan yang mengganggu hidupnya, entah kenapa.

“Seperti apa hubunganmu dengan anggota yang lain? Siapa saja orang yang paling dekat denganmu? Dimulai dari Ryo-kun,” Tomoki-san, si pewawancara, mengarahkan recordernya ke arah Ryosuke yang masih tersenyum.

“Ah, itu agak sulit. Aku dekat dengan semua anggota — “ Yamada tersenyum sesaat, lalu melanjutkan. “ — tapi kalau diibaratkan, mungkin Yuya menjadi kakak yang baik buatku, Ryutaro menjadi adik yang menyenangkan untukku, dan Yuto menjadi sahabat yang baik maupun teman terbaikku sekarang.” Yamada tertawa.

Tidak ada nama Chinen Yuri di kalimat panjang yang disebutkan Yamada tadi. Tidak. Ada. Chinen. Sama. Sekali. Bahkan Ryutaro yang menjadi member termuda pun dianggap adik baginya. Lalu apa arti seorang Chinen bagi Yamada hanya sebagai teman, dan bukan sahabat seperti Yuto?

“Chinen? Sekarang giliranmu,” suara Tomoki-san mengagetkan Chinen.

Kepalanya yang tertunduk kemudian mendongak dan bibirnya membentuk senyum seperti biasa. “Gomen ne~ tadi aku sedikit melamun,”

“Jadi Chinen, Seperti apa hubunganmu dengan anggota yang lain? Siapa saja orang yang paling dekat denganmu?” Tomoki-san mengulang pertanyaannya. Pria berusia 26 tahun itu sepertinya lumayan kesal dengan sikap Chinen tadi.

“Umm... Kei-kun adalah ibu yang baik untukku — “ Chinen tertawa sebentar. “— Ryutaro akan menjadi adikku, sama seperti yang dikatakan Yama-chan. Dan, Dai-chan akan menjadi kakak sekaligus sahabatku.” Chinen tersenyum.

Tak ada nama Yamada disitu. Chinen tidak berekspresi apa-apa ketika Yamada menatapnya setelah ia mengatakan kalau Daiki adalah orang terdekatnya. Tanpa Chinen duga, Yamada tersenyum.

“Kau dekat dengan Daiki-kun?” Tomoki-san bertanya kembali.

Chinen mengangguk. “Ya, kami sangat dekat.”

“Wah, apakah perbedaan usia tidak membuat kalian merasa canggung?” Tomoki-san terus bertanya.

“Tidak, Dai-chan selalu membantuku.” Chinen tersenyum.

Perkataan Tomoki-san selanjutnya tak lagi dipedulikan oleh Chinen. Pandangannya bertemu dengan pandangan Yamada yang langsung tertuju padanya.

Dan saat itu, mereka tak tahu pasti berapa lama mereka bertatapan satu sama lain.

~ ~ ~

Malam itu entah sudah berapa kali Chinen terbangun, tepat di ranjang sebelah Chinen, seorang Ryutaro sedang tidur dengan posisi tidak menyenangkan. Kaki di atas bantal, dan kepalanya menengadah. Posisi itu hanyalah salah satu posisi dari sekian banyak posisi tidur Ryutaro — dan suara berisik saat Ryutaro mengubah posisi tidurnya itu benar-benar mengganggu Chinen.

Dengan perlahan Chinen turun dari ranjangnya, beranjak menuju pintu kamarnya dan pergi keluar. Asrama itu sangat sepi, hanya ada beberapa cahaya lampu di koridor asrama dan dari beberapa kamar yang ditempati member Hey!Say!JUMP. Chinen melangkahkan kakinya menuju ruang keluarga yang letaknya tak jauh dari kamarnya itu. Menyalakan TV, dia duduk di sofa sembari menguap beberapa kali. Acara di TV sungguh sangat tidak menarik, kulit putih Chinen tampak memerah karena udara dingin yang masuk kedalam ruangan itu.

“Chii?”

Chinen menengok, tampak seorang Yamada Ryosuke tempat berdiri di pintu masuk. Rambutnya sedikit acak-acakan, dan ia hanya mengenakan celana pendek selutut dan sehelai baju berwarna putih.

“Yama-chan?”

“Sedang apa Chii?” Yamada Ryosuke memasuki ruang keluarga itu dan duduk di sebelah Chinen.

“Aku tidak bisa tidur...” Chinen tersenyum kecil.

Yamada menguap sebentar, “Sama... padahal lusa kita ada show kan?”

Chinen mengangguk. Suasana hening menelimuti mereka. Hanya ada suara acara interview di TV yang menjadi satu-satunya pemecah keheningan disitu.

“Berarti besok kita tidak pergi ke sekolah lagi ya?” Yamada memecah keheningan.

“Ya, kadang aku pun rindu belajar di sekolah...” Chinen berkata seraya melepaskan hembusan nafasnya, membuat karbon dioksida itu terlihat seperti kepulan asap putih.

“He? Benar juga sih...” Yamada mengangguk setuju.

“Kau benar-benar dekat dengan Yuto-kun, ne?” kalimat itu meluncur begitu saja dari bibir Chinen.

“Umm... ya, begitulah...” tampak kebingungan muncul dalam wajah Yamada.

“Sedekat apa?” bibir Chinen tampak bergetar.

“Kenapa bertanya tentang hal ini, Chii?”

“Tidak, tidak apa-apa...” Chinen tersenyum sendu.

“Kau membuatku bingung Chinen,” Yamada memandangi wajah Chinen dengan seksama.

“Eh, Yama-chan, aku mau kembali ke kamarku saja...” Chinen beranjak dari duduknya, lalu berbalik membelakangi Yamada.

“Chii... gomenasai kalau aku sudah berbuat salah,”

Chinen berhenti, tapi tidak menjawab.

“Gomen ne, hn?” suara kursi berderik menandakan kalau Yamada bangun dari duduknya.

“Tidak apa-apa Ryo-chan, kau tidak salah apa-apa... hehehe...” Chinen tertawa sedikit untuk mencairkan suasana.

“Biarpun kau berkata begitu, aku...”

“Kau benar-benar tidak salah apa-apa, Yamada-kun...” Chinen beranjak untuk berjalan lagi.

Tiba-tiba tarikan di tangan kanannya membuatnya berhenti seketika. Tangan kuat yang menggenggamnya tampak tak mau melepaskan cengkramannya.

“Kau tau Chii? Kau adalah salah satu orang terdekat dalam hidupku... jadi, jangan membuatku bingung seperti ini!” Yamada berkata dengan nada agak keras.

“Daijoubu dayo, Yama-chan... aku tidak apa-apa? OK?” Chinen mengeluarkan senyum lebarnya, membuat pegangan di pergelangan tangannya itu sedikit melemah.

Yamada terpaku menatap Chinen, senyumnya tadi... apakah ia memang benar-benar baik-baik saja? Yamada sungguh tidak mengerti, ada rasa tak rela di hatinya ketika melihat Chinen, si lincah itu, bertingkah aneh seperti ini.

Tapi, malam itu Yamada memilih diam dan membiarkan Chinen pergi meninggalkannya sendirian di ruangan sepi itu.

To Be Continued

Minggu, 20 Maret 2011

[Fanfiction] Untitled Love (Chapter 2/2)

Diposting oleh elfujoshi ♥ di 04.52 0 komentar
“Ryu, gerakan tanganmu kurang benar! Bukan... bukan seperti itu... seperti ini!” Arioka Daiki terlihat mencontohkan gerakan dance yang sedari tadi Ryutaro pelajari.

Mata Chinen memandang keseluruhan studio dance itu. Sejak show mereka minggu lalu, semuanya sibuk berlatih. Winter Concert di depan mata, mereka akan memberikan pertunjukan sebaik yang bisa mereka lakukan, mereka tidak ingin mengecewakan orang-orang yang sudah membeli tiket untuk menonton mereka.

“Chinen...” seseorang menepuk Chinen dari belakang.

Sontak Chinen menoleh. Dan, sekejap itu pula, rasa dingin langsung menjalar dari pipi kanannya.

“Yama-chan!” Chinen berteriak kesal. Di sebelahnya, berdiri seorang Yamada Ryosuke yang berusaha menahan tawa, di tangan kanannya terdapat air mineral dingin, objek yang menyebarkan rasa dingin di pipi Chinen tadi.

“Minumlah ini...” Yamada menyerahkan botol air mineral yang sedang dipegangnya tadi.

“Sankyuu, Yama-chan!” Chienen tersenyum seraya mengambil botol air mineral yang disodorkan Yamada.

“Ne, semuanya berlatih keras ya...” Yamada duduk di sebelah Chinen, membuka percakapan.

Chinen mengangguk. “Iya... kadang aku masih tidak percaya kita bisa menjadi seperti ini akhirnya,” Chinen tersenyum lagi.

“Itu karena kita berjuang bersama kan...” Yamada menjawab. Kadang dalam hati pun dia masih tidak percaya kalau Hey!Say!JUMP, bahkan dirinya sendiri, bisa menjadi ‘sebesar’ ini sekarang.

“Chineeen, ayo kita berlatih lagi!” dari jauh, Daiki terlihat memanggil Chinen, di depannya terlihat Ryutaro yang sudah kelelahan dan mengatur nafasnya.

Chinen segera berdiri, meletakan botol air mineral yang isinya baru habis seperempat itu di sebelah Yamada dan berlari menghampiri Daiki.

Yamada mengamati Chinen dengan seksama. Sejak pertama kali ia bertemu remaja bertubuh kecil itu, ia merasakan perasaan aneh dihatinya.

Ketika Yuto mengatakan kalau Chinen adalah saudaranya saat zaman dahulu sambil memeluk si kecil itu di depan kamera, Yamada masih ingat betul, ia mencoba memisahkan pelukan itu, tapi, akhirnya ia sendiri malah terjebak dalam pelukan itu, berhimpit dengan Chinen, sembari mendengarkan Yuto berbicara kalau Yamada pun adalah saudaranya.

Ketika Yokoyama-senpai mencium pipi Chinen berkali-kali saat mereka tampil live bersama dalam suatu acara, sungguh, Yamada ingin sekali menendang Yokoyama-senpai itu jauh-jauh. Ia juga masih ingat betul betapa ia memaksakan senyumnya di depan kamera sembari sesekali melihat Chinen yang memberikan senyum pasrahnya kepada Yokoyama-senpai yang masih menciumi pipinya.

Dan kini, dari jauh ia melihat Daiki sesekali menyentuh tangan Chinen untuk menyesuaikan gerakan. Terlihat mereka berdua tertawa bersama dan kembali menari mengikuti dentuman lagu Your Seed yang memenuhi seluruh ruangan itu.

“Yama-chan? Sedang apa kau?” seseorang menepuknya dari belakang.

“Eh? Keito?” Yamada memandang orang yang menepuknya itu sembari memasang wajah terkejut.

“Sedang istirahat?” tanya Keito lagi.

“Hng...” Yamada mengangguk, lalu mengalihkan pandangannya ke arah Chinen dan Daiki yang sekarang sedang sibuk membantu Ryutaro mempelajari gerakan tarian mereka yang baru itu.

“Chinen ya?” Keito bertanya kembali.

Leher Yamada menengok dengan cepat, memandangi kembali wajah Keito yang sedang tersenyum.

“Maksudmu?” Yamada balik bertanya dengan kebingungan.

“Dia menyukaimu tahu...”

Yamada tidak percaya. 3 kata yang diucapkan Keito tadi seakan menyebabkan bom waktu yang sudah tertidur bertahun-tahun di hatinya meledak begitu saja dan menyebabkan ribuan kembang api meluncur dan membuat garis-garis api indah bertebaran di atas kepalanya... Yeah, mungkin perumpamaan itu sedikit berlebihan.

“Honto-eh, nani?” Yamada berusaha menutupi rasa bahagia aneh yang masih muncul di hatinya.

“And you like him, too...” Keito masih tersenyum lebar.

“Eh? Aku?”

“Benarkah aku suka Chinen? Benarkah? Benarkaaaah?? Siapapun, beritahu aku!!!” inner Yamada berteriak kencang.

“Kau menyukainya tapi tak mau mengakuinya...” Keito berkata dengan santai, masih berdiri di dekat Yamada dan mengambil botol air mineral yang tadi diminum Chinen.
Menyadari apa yang akan diminum Keito, Yamada refleks berteriak, “Eh! Jangan minum yang itu! Ambil yang lain!” dan dengan cepat pula ia menarik botol itu dari tangan Keito dan menyembunyikannya di belakang tubuhnya.

“Nanti kalau dia minum itu, berarti secara tidak langsung ia sudah berciuman dengan Chinen! Noooo!! Yabai!!” inner Yamada berteriak lagi.

Bukannya protes ataupun marah, Keito malah tertawa terbahak-bahak. Yamada memandangi Keito dengan bibir yang dimajukan dan wajah bingung. Terlebih lagi, akibat teriakannya tadi, seluruh manusia selain mereka dalam ruangan itu menoleh seketika ke arah mereka. Termasuk Chinen, si objek sebenarnya yang dibicarakan mereka. Yamada lalu menunduk dengan malu.

“See... you like him! Katakanlah yang sebenarnya secepatnya... jangan buat dia menunggu!” Keito tersenyum lagi dan pergi meninggalkan Yamada yang masih tercengang dan diliputi kebingungan.

“Jadi... aku harus mengatakannya? Tidak perlu takut? Dan secepatnya?” inner Yamada berpikir keras. Tapi pikiran itu dibuyarkan oleh panggilan Yabu yang memanggil seluruh member untuk berlatih bersama.


Yamada berlari ke belakang panggung, peluh terlihat menetes dari dahinya, dengan cepat ia mengganti kostum yang sedang dipakainya dengan kostum lain yang sudah disediakan. Bukan hanya Yamada, semua member Hey! Say! JUMP bergegas mengganti pakaiannya.

“Ayo cepat, sehabis ini MC part!” seorang organizer mengingatkan mereka untuk segera kembali ke panggung.

Yabu dan Hikaru segera berlari ke atas panggung, Yuya mengikuti dibelakang mereka, disusul oleh Inoo dan Daiki yang berlari menyusul mereka. Sebentar kemudian keriuhan suara penonton terdengar keras.

Hey! Say! BEST sudah diatas panggung, bersiap menghibur penonton Winter Concert 16 Januari 2011 itu, Kiriyama-kun yang menjadi guest pada part itupun sudah naik keatas panggung.

Tak lama, teriakan Hikaru memanggil Hey! Say! 7 pun terdengar, Yuto, Keito, Yamada, Chinen, dan Ryutaro segera naik ke atas panggung. Teriakan riuh penonton menyambut mereka sesampainya mereka di atas panggung luas itu.

“7 sudah diatas panggung... jadi, bagaimana kalau kita mulai saja?” Kiriyama Akito melirik a

nggota 7 yang sudah bergabung dengan Best diatas panggung.

“Jadi... pada part ini kita akan bermain game! Permainannya adalah, kalian harus membuat kalimat pertama yang tercetus dalam pikiran kalian dari 1 kata yang akan aku sebutkan! Mengerti?” Kiriyama tersenyum lebar.

Semua member Hey! Say! JUMP mengangguk mengerti. Bersiap-siap dengan kata pertama yang disebutkan Kiriyama.

“Yabai...”

Semuanya membuat kalimat, lalu satu-persatu dari mereka menyebutkan kalimat yang dibuat mereka satu-persatu.

“Yabainetto*...” si member paling muda, Ryutaro, menyebutkan kalimat yang ada di pikirannya dengan polos.

Semua orang tertawa, tak terkecuali Kiriyama yang tak henti-hentinya tertawa. “Kita tidak tahu member yang paling muda ini mempunyai jiwa ero, ne? Hahahaha,”

Dan kemudian permainan berlanjut dengan kata senburi, atsui, yoru, dan yang lainnya. Sampai Kiriyama berkata.

“Dan yang terakhir... aisitheru!”

Penonton berteriak kencang, menantikan apa kalimat yang ada di pikiran semua member. Yabu dan yang lainnya berpikir keras, apa kalimat yang akan mereka buat dengan kata aisitheru, kecuali Yamada yang berada di urutan terakhir.

Pikiran Yamada memutar keras. “Aisitheru? Aisitheru katanya? Apa yang harus aku katakan? Siapa orang yang aku cintai? Aku menc—“

“Yak! Selanjutnya Yamachan!” belum sempat Yamada berpikir, Kiriyama sudah menunjuk dirinya.

Yamada dengan cepat mengatakan hal pertama yang ada di pikirannya.

“Yuri, sekai ichi aisitheruyo**!!!”

Semuanya hening. Semua member Hey! Say! JUMP yang lain terperangah dan tak tahu harus berkata apa.

Menyadari apa yang sudah dikatakannya, Yamada menutup mukanya yang semerah tomat sambil tertawa masam lalu jatuh dan terduduk di lantai.

Dan Chinen, si pemilik nama yang dikatakan Yamada tadi, dengan jantung yang berdentum keras menghampiri Yamada dan duduk disebelahnya, bertanya, “Apakah kau benar-benar menyukaiku, Yamachan?”

Yamada menaikkan wajahnya dan berkata dengan jujur, “Uhm... sangat menyukaimu...”

“Seberapa banyak?”

Yamada menelan ludah, “Lebih dari apapun di dunia ini,”

“Itu tidak cukup, Yamachan...” Chinen tersenyum lebar.

Tanpa berpikir lagi, Yamada bangun dari duduknya, mengambil mikrofon yang dipegang Kiriyama dan berteriak dengan kencang.

“YURI~! SEKAI ICHI AI-SI-THERUYOOO!!!!”

Seluruh penonton dalam stadium berteriak dengan kencang. Yabu dan Inoo tersenyum lebar, Hikaru, Daiki, dan Yuya tertawa sambil mengeleng-gelengkan kepala mereka, Yuto dan Ryutaro tersenyum menahan tawa, sementara Keito, si penasihat Yamada hanya tersenyum kecil tanda mengerti.

“Itulah Yamada Ryosuke yang aku kenal...” Keito berkata dalam hati.

Wajah Yamada memerah lagi, lalu terduduk sambil tertawa atas perbuatannya sendiri. Chinen, wajahnya pun memerah karena malu dan ikut duduk di sebelah Yamada. Pikirannya berkecamuk, bertanya-tanya apakah yang dikatakan Yamada tadi sungguh – sungguh keluar dari dalam hatinya atau Cuma sekedar fanservice belaka?

“Astaga... pipimu sangat merah sekali Yamachan...” Kiriyama mengeleng-gelengkan kepalanya sambil tersenyum menahan tawa.

“Ya-yabai... yabai~***” Yamada berkata dengan wajah yang masih memerah.

“Aku malu sekali...” Chinen menutup wajahnya karena malu.

Yamada melirik Chinen yang menutup wajahnya, “Chii... kau harus yakin kalau yang aku katakan ini memang benar-benar aku rasakan...” Yamada berkata dalam hati.

Beberapa jam kemudian, setelah konser hari itu selesai, semua member JUMP bersiap-siap untuk kembali ke dorm untuk istirahat. Beberapa dari mereka mulai membereskan barang-barang mereka yang mereka tinggalkan di ruang ganti.

Yamada berdiri di depan ruang ganti, semua barang-barangnya sudah ia taruh ke dalam mobil, dari jauh ia melihat Chinen yang masih sibuk membereskan barang-barangnya. Yamada merasa ini sudah saatnya ia mengatakan perasaannya dengan serius kepada Chinen. Dan betapa beruntungnya Yamada, di dalam ruang ganti itu hanya ada Chinen dan Ryutaro, member yang lainnya sepertinya sudah selesai membereskan barang-barang mereka.

Menarik nafas, Yamada mengumpulkan keberaniannya dan masuk kedalam ruang ganti.

“Ngg... Gomen ne Ryutaro, bisakah aku bicara sebentar dengan Chinen?” Yamada menghampiri mereka. Chinen dan Ryutaro memandangi Yamada bingung.

Ryutaro mengangguk sambil tersenyum mengerti, lalu mengambil tasnya dan meninggalkan ruangan itu.

“Ada apa Yama-chan?” Chinen memandang wajah Yamada. Sedikit titik merah menghiasi pipinya ketika ia mengingat ‘pernyataan’ Yamada di konser barusan.

Yamada mengumpulkan keberaniannya lagi dan berkata. “Chinen, pernyataankuyangtadiitubenardanakumengatakannyasungguh-sungguh, akusungguhmenyukaimuChinen!”

Chinen memandangi Yamada dengan pandangan bingung karena kecepatan perkataan Yamada. “Nani, Yama-chan?”

Yamada menelan ludah. “Yuri, aisitheruyo...”

Dunia di sekitar Chinen serasa berhenti berputar. Benarkah barusan Yamada mengatakan kalau dia mencintainya?

“Hontou ni?” jawaban itu meluncur dari bibir Chinen begitu saja.

“Mungkin kata Aisitheru terlalu cepat untuk aku katakan... tapi aku benar-benar menyukaimu...Yuri, daisuki dayo!” Yamada berkata dengan wajah serius dan meraih tangan Chinen yang kini berdiri di depannya.

Chinen tidak menjawab. Hanya memandangi wajah Yamada dengan rasa bingung dan tidak percaya.

“Ore to tsukiate kudasai?****” Yamada bertanya dengan rasa cemas. Kalau Chinen menolak, berakhirlah sudah.
Tanpa disangka, Chinen mengangguk dengan pipi memerah. Mata Yamada melebar dan bibirnya membentuk senyum lebar. Dengan refleks ia menarik Chinen ke pelukannya dan berkali kali berbisik, “Suki suki daisuki, Chinen...”

OWARI

OMAKE

“Mereka berpelukan!” Ryutaro memekik.

Hikaru memukul kepala Ryutaro, membuatnya mengaduh. “Ssst! Bodoh kau! Nanti ketahuan kalau kita sedang mengintip!”

“Kalian berdua yang berisik! Ssst!!” diatas mereka berdua, Yuya menggeram dan melotot ke arah Hikaru dan Ryutaro yang langsung diam.

“Daichan! Geser sedikit!” di seberang mereka, terlihat Daiki dan Yuto sedang melakukan hal yang sama, mengintip.

“Kau itu tinggi Yuto! Harusnya masih bisa melihatnya kan!” Daiki tetap berusaha mempertahankan posisinya.

Dari jauh, Yabu berjalan mendekati pintu masuk dan mengerutkan jidatnya ketika melihat teman-temannya menempel di dinding sebelah pintu dengan kepala menjulur sedikit. Hikaru, Ryutaro dan Yuya di sisi kiri pintu, dan Yuto juga Daiki di sisi kanan.

“Hei, apa yang kali—“

“SSSSSSTT!!!

Hontou ni OWARI

* : Yabainetto : situs (maaf) porno LOL
** :Yuri, sekai ichi aisitheruyo : Yuri, aku mencintaimu lebih dari apapun di dunia ini
*** : Yabai : tidak baik, tidak bagus
****: Ore to tsukiate kudasai? : Maukah kau berkencan denganku?

Author's note : Semua kejadian di fic ini rata-rata adalah kisah nyata loo... Yamada yang sama sekali tidak mencantumkan nama Chinen di wawancara majalah, Yamada yang keliatan cemburu pas Yokoyama Yu nyium pipi Chinen, Yamada yang keliatan cemburu pas Yuto bilang kalau Chinen itu saudaranya sambil dipeluk, daan... di part terakhir, kejadian di Winter Concert 16 Januari itu juga beneran... Yamada emang teriak kalimat itu didepan semua penonton. Mungkin pada udah tau ya? XD

Silahkan read and comment^^!

Senin, 14 Maret 2011

Be strong Japan... keep strong, JUMP

Diposting oleh elfujoshi ♥ di 03.54 2 komentar



Tepat tanggal 11 Maret lalu, ketika saya mendengar Jepang dilanda gempa yang mengakibatkan tsunami, hal pertama yang saya lakukan adalah memindahkan channel televisi yang sedang menyala di ruang keluarga saya ke salah satu channel berita swasta, dan benarlah, di channel itu, gambaran tsunami yang menerjang Jepang terlihat jelas. Waktu itu, saya tak ingat jelas apa yang saya rasakan, semuanya serasa impossible bagi saya.

That country, that country that I’m adore so much, terkena bencana besar... memang, Jepang bukan negara kelahiran saya, saya pun belum pernah ke negara besar itu. Tapi, kultur negara itu sendiri sudah menjadi ‘teman’ hidup saya. Anime, manga, J-Pop, dan idola saya Hey! Say! JUMP pun berasal dari sana.

Setelah berita gempa dan tsunami itu, tersebar pula berbagai berita mengenai keadaan selebriti-selebriti J-pop pasca musibah itu. Bagaimana keadaan Koda Kumi? Bagaimana keadaan Ayumi Hamasaki? Bagaimana keadaan YUI? Setiap fans menanyakan dan mencari informasi keadaan dan keberadaan idolanya masing-masing. Berita yang mereka (termasuk saya) pun bermacam-macam. Dari mulai hoax, Chinen Yuri hilang, Takaki Yuya hilang, Koda Kumi meninggal, Masashi Kishimoto hilang dan masih banyak lagi. Lalu yang sudah bisa dibuktikan kebenarannya, Arioka Daiki dan Nakajima Yuto masuk RS untuk pemulihan luka ringan, Chinen Yuri dan Takaki Yuya yang dikabarkan hilang ternyata selamat, Yamada Ryosuke (T.T) terkena luka ringan, dan sebagainya. Tapi, sampai kini, masih ada pula kebenaran berita yang masih simpang siur kebenarannya. Kakak Yamada Ryosuke hilang dan kini Yamada sendiri sedang depresi, Yamada yang terluka karena berlari untuk mengecek kondisi keluarganya.

OK, mungkin berita Yamada yang terluka karena mengecek kondisi keluarganya itu bukan berita yang menyedihkan bagi saya, malah, sosok Yamada yang rela berkorban itu menjadi kebanggaan sendiri untuk saya sebagai fansnya. Tapi, berita kakak Yamda hilang dan kini Yamada sendiri sedang depresi menjadi berita yang sangat membuat perasaan saya campur aduk. Sedih, cemas, semuanya bercampur jadi satu. Sampai sekarang, kebenaran berita itu belum mencapai 100%, saya benar-benar berharap Yamada dan member JUMP lainnya baik-baik saja di Jepang sana. Amin.

Minggu, 13 Maret 2011

[Fanfiction] Untitled Love (Chapter 1/2)

Diposting oleh elfujoshi ♥ di 09.10 1 komentar
Title : Untitled Love
Pairing : Yamada Ryosuke x Chinen Yuri
Disclaimer : Anggota Hey! Say! JUMP bukan milik saya, dan bukan milik siapapun (?)
Rating : PG - 14

Chinen Yuri tidak mengerti, mengapa Kami-sama diatas sana menciptakan seorang lelaki bernama Yamada Ryosuke. Lelaki dengan kepribadian yang sangat berbeda dari yang lain. Terkadang dirinya sendiri bertanya-tanya mengapa lelaki yang kerap disapa Ryo-chan atau Yama-chan itu bisa merubah perasaannya sesuka hati.

Seperti hari ini, Keito berusaha mengajari Yama-chan bahasa Inggris lagi. Bahasa yang menduduki juara pertama di hati Chinen untuk urusan hal yang paling dibenci. Chinen Yuri melihat mereka duduk berdua bersama di depan Kotatsu dan memakan banyak makanan ringan sementara Kei dan Hikaru sibuk memainkan game bersama.

“Lalu dia berkata ‘Fire!’ sambil menunjuk ke arah gerombolan burung itu! Dan aku yang melihatnya langsung tertawa terbahak-bahak!” Keito memasang wajah serius di depan Yamada — lalu dengan seketika Yamada Ryosuke langsung tertawa terpingkal-pingkal, merasa lucu karena melihat ekspresi wajah Keito yang sedang menceritakan pengalamannya tinggal di Inggris dahulu. Kedua pipi Yamada yang sedikit gembul membuat wajahnya menyiratkan daya tarik yang sangat luar biasa.

Chinen lalu tersenyum melihat pemandangan itu. Yamada memang mempunyai obsesi khusus terhadap bahasa Inggris, bahkan ia mempunyai keinginan untuk pergi ke negara itu secara lagnsung suatu saat nanti.

“Chii? Sedang apa kau melamun disitu? Mau bergabung bersama kami?”

Chinen terkesiap, lalu memandangi wajah Yamada dan Keito yang terarah ke arah wajahnya saat ini. Bertanya-tanya mengapa seorang Chinen Yuri berdiri melamun tepat di pintu masuk ruang keluarga dan memandangi mereka berdua.

“Tidak~ kau tahu sendiri aku tidak suka bahasa Inggris, Yama-chan!” Chinen Yuri mencari alasan.

“Oh, kau harus mencoba mempelajarinya sesekali, Chii, itu sangat menyenangkan!” Yamada tersenyum.

Chinen hanya mengangguk, tak menjawab ajakan itu. Matanya lalu beralih pada dua sosok yang baru memasuki koridor, Ryutaro dan Yuto.

“Chii? Apakah Yama-chan ada disitu?” Yuto bertanya dari jarak jauh.

Chinen mengangguk. “Yama-chan ada disini,”

Yuto tersenyum, lalu melepas sarung tangan coklat yang sedari tadi melekat di tangannya dan beranjak ke arah ruang keluarga itu.

“Yama-chan?” Yuto memasuki ruangan itu.
“Yuto! Jadi mau mengajariku bermain drum?” Yamada berkata dengan polosnya.

Yuto mengangguk dengan semangat.

“Keito, besok kita lanjutkan lagi ya? Kalau kau mau, kau bisa mengajari Chii!” Yamada menunjuk Chinen yang kini sudah ditemani Ryutaro yang berdiri di sampingnya.

Chinen langsung menggeleng dengan cepat. Yamada yang melihat hal itu langsung tertawa kembali. “Jaa Chii!” Ia melambaikan tangannya ke arah Chinen sebelum berjalan menuju ruang latihan yang berada tak jauh dari ruang keluarga itu.

Chinen hanya terdiam menyaksikan pemandangan itu.

“Chinen-kun? Mau ramen?” Ryutaro di sebelahnya mengangkat kantung plastik kecil ke arah Chinen.

“Boleh... ayo kita makan!” Chinen meraih kantung plastik itu dari tangan Ryutaro, mencoba mengalihkan pikirannya dari Yamada.


2 minggu kemudian, para anggota Hey!Say!7 melakukan pemotretan di sebuah studio foto suatu majalah remaja terkenal. Beberapa diantara mereka diwawancarai untuk dijadikan headline majalah itu.

Yang terpilih adalah Yamada, Yuto, dan Chinen. Di detik-detik pertama, pertanyaan-pertanyaan itu sama sekali tidak mengganggu Chinen sama sekali, hanya membahas soal pembuatan video klip mereka, hobi mereka, dan beberapa hal lainnya. Tapi, si wartawan kemudian menanyakan sesuatu yang menurut Chinen adalah pertanyaan yang mengganggu hidupnya, entah kenapa.

“Seperti apa hubunganmu dengan anggota yang lain? Siapa saja orang yang paling dekat denganmu? Dimulai dari Ryo-kun,” Tomoki-san, si pewawancara, mengarahkan recordernya ke arah Ryosuke yang masih tersenyum.

“Ah, itu agak sulit. Aku dekat dengan semua anggota — “ Yamada tersenyum sesaat, lalu melanjutkan. “ — tapi kalau diibaratkan, mungkin Yuya menjadi kakak yang baik buatku, Ryutaro menjadi adik yang menyenangkan untukku, dan Yuto menjadi sahabat yang baik maupun teman terbaikku sekarang.” Yamada tertawa.

Tidak ada nama Chinen Yuri di kalimat panjang yang disebutkan Yamada tadi. Tidak. Ada. Chinen. Sama. Sekali. Bahkan Ryutaro yang menjadi member termuda pun dianggap adik baginya. Lalu apa arti seorang Chinen bagi Yamada hanya sebagai teman, dan bukan sahabat seperti Yuto?

“Chinen? Sekarang giliranmu,” suara Tomoki-san mengagetkan Chinen.

Kepalanya yang tertunduk kemudian mendongak dan bibirnya membentuk senyum seperti biasa. “Gomen ne~ tadi aku sedikit melamun,”

“Jadi Chinen, Seperti apa hubunganmu dengan anggota yang lain? Siapa saja orang yang paling dekat denganmu?” Tomoki-san mengulang pertanyaannya. Pria berusia 26 tahun itu sepertinya lumayan kesal dengan sikap Chinen tadi.

“Umm... Kei-kun adalah ibu yang baik untukku — “ Chinen tertawa sebentar. “— Ryutaro akan menjadi adikku, sama seperti yang dikatakan Yama-chan. Dan, Dai-chan akan menjadi kakak sekaligus sahabatku.” Chinen tersenyum.

Tak ada nama Yamada disitu. Chinen tidak berekspresi apa-apa ketika Yamada menatapnya setelah ia mengatakan kalau Daiki adalah orang terdekatnya. Tanpa Chinen duga, Yamada tersenyum.

“Kau dekat dengan Daiki-kun?” Tomoki-san bertanya kembali.

Chinen mengangguk. “Ya, kami sangat dekat.”

“Wah, apakah perbedaan usia tidak membuat kalian merasa canggung?” Tomoki-san terus bertanya.

“Tidak, Dai-chan selalu membantuku.” Chinen tersenyum.

Perkataan Tomoki-san selanjutnya tak lagi dipedulikan oleh Chinen. Pandangannya bertemu dengan pandangan Yamada yang langsung tertuju padanya.

Dan saat itu, mereka tak tahu pasti berapa lama mereka bertatapan satu sama lain.

~ ~ ~

Malam itu entah sudah berapa kali Chinen terbangun, tepat di ranjang sebelah Chinen, seorang Ryutaro sedang tidur dengan posisi tidak menyenangkan. Kaki di atas bantal, dan kepalanya menengadah. Posisi itu hanyalah salah satu posisi dari sekian banyak posisi tidur Ryutaro — dan suara berisik saat Ryutaro mengubah posisi tidurnya itu benar-benar mengganggu Chinen.

Dengan perlahan Chinen turun dari ranjangnya, beranjak menuju pintu kamarnya dan pergi keluar. Asrama itu sangat sepi, hanya ada beberapa cahaya lampu di koridor asrama dan dari beberapa kamar yang ditempati member Hey!Say!JUMP. Chinen melangkahkan kakinya menuju ruang keluarga yang letaknya tak jauh dari kamarnya itu. Menyalakan TV, dia duduk di sofa sembari menguap beberapa kali. Acara di TV sungguh sangat tidak menarik, kulit putih Chinen tampak memerah karena udara dingin yang masuk kedalam ruangan itu.

“Chii?”

Chinen menengok, tampak seorang Yamada Ryosuke tempat berdiri di pintu masuk. Rambutnya sedikit acak-acakan, dan ia hanya mengenakan celana pendek selutut dan sehelai baju berwarna putih.

“Yama-chan?”

“Sedang apa Chii?” Yamada Ryosuke memasuki ruang keluarga itu dan duduk di sebelah Chinen.

“Aku tidak bisa tidur...” Chinen tersenyum kecil.

Yamada menguap sebentar, “Sama... padahal lusa kita ada show kan?”

Chinen mengangguk. Suasana hening menelimuti mereka. Hanya ada suara acara interview di TV yang menjadi satu-satunya pemecah keheningan disitu.

“Berarti besok kita tidak pergi ke sekolah lagi ya?” Yamada memecah keheningan.

“Ya, kadang aku pun rindu belajar di sekolah...” Chinen berkata seraya melepaskan hembusan nafasnya, membuat karbon dioksida itu terlihat seperti kepulan asap putih.

“He? Benar juga sih...” Yamada mengangguk setuju.

“Kau benar-benar dekat dengan Yuto-kun, ne?” kalimat itu meluncur begitu saja dari bibir Chinen.

“Umm... ya, begitulah...” tampak kebingungan muncul dalam wajah Yamada.

“Sedekat apa?” bibir Chinen tampak bergetar.

“Kenapa bertanya tentang hal ini, Chii?”

“Tidak, tidak apa-apa...” Chinen tersenyum sendu.

“Kau membuatku bingung Chinen,” Yamada memandangi wajah Chinen dengan seksama.

“Eh, Yama-chan, aku mau kembali ke kamarku saja...” Chinen beranjak dari duduknya, lalu berbalik membelakangi Yamada.

“Chii... gomenasai kalau aku sudah berbuat salah,”

Chinen berhenti, tapi tidak menjawab.

“Gomen ne, hn?” suara kursi berderik menandakan kalau Yamada bangun dari duduknya.

“Tidak apa-apa Ryo-chan, kau tidak salah apa-apa... hehehe...” Chinen tertawa sedikit untuk mencairkan suasana.

“Biarpun kau berkata begitu, aku...”

“Kau benar-benar tidak salah apa-apa, Yamada-kun...” Chinen beranjak untuk berjalan lagi.

Tiba-tiba tarikan di tangan kanannya membuatnya berhenti seketika. Tangan kuat yang menggenggamnya tampak tak mau melepaskan cengkramannya.

“Kau tau Chii? Kau adalah salah satu orang terdekat dalam hidupku... jadi, jangan membuatku bingung seperti ini!” Yamada berkata dengan nada agak keras.

“Daijoubu dayo, Yama-chan... aku tidak apa-apa? OK?” Chinen mengeluarkan senyum lebarnya, membuat pegangan di pergelangan tangannya itu sedikit melemah.

Yamada terpaku menatap Chinen, senyumnya tadi... apakah ia memang benar-benar baik-baik saja? Yamada sungguh tidak mengerti, ada rasa tak rela di hatinya ketika melihat Chinen, si lincah itu, bertingkah aneh seperti ini.

Tapi, malam itu Yamada memilih diam dan membiarkan Chinen pergi meninggalkannya sendirian di ruangan sepi itu.

To Be Continued